kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gas akan Diandalkan Sebagai Tulang Punggung Transisi Energi


Rabu, 28 September 2022 / 14:18 WIB
Gas akan Diandalkan Sebagai Tulang Punggung Transisi Energi
ILUSTRASI. Gas akan diandalkan sebagai tulang punggung transisi energi di Tanah Air.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia menyimpan cadangan gas yang melimpah dibandingkan minyak bumi. Karenanya, gas akan diandalkan sebagai tulang punggung transisi energi di Tanah Air. 

Sekretaris SKK Migas Taslim Z Yunus menjelaskan, gas akan digunakan sebagai jembatan untuk melakukan transisi energi. Seperti diketahui hasil eksplorasi saat ini didominasi oleh gas. 

“Plan of Development (PoD) yang disetujui SKK Migas dan Kementerian ESDM itu lebih besar atau rata-rata 70% lapangan gas dan lebih dari 50% penemuan sumur eksplorasi itu lebih banyak juga gas,” jelasnya dalam acara Detalks bertajuk “Mobilisasi Pemanfaatan Gas Sebagai Energi Transisi”, Selasa (27/9).

Baca Juga: Ini Berbagai Tantangan Mendera Pengembangan Gas Versi SKK Migas

Berdasarkan BP Outlook 2021, reserved production gas Indonesia dua kali lebih besar dibandingkan minyak bumi. Kelebihan-kelebihan inilah yang menjadi peluang dalam menggunakan gas energi transisi ke depan. 

Kendati memiliki cadangan gas yang melimpah, pengembangan gas di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Taslim membeberkan, pengolahan gas di Indonesia alami kerumitan perizinan antara pusat dan daerah, tidak adanya ketersediaan data khususnya untuk penawaran Wilayah Kerja (WK), hambatan di wilayah operasi, hingga kendala akuisis lahan. 

Tidak hanya itu, saban tahun juga permasalahan monetisasi gas yang semakin lama juga menjadi tantangan yang besar dalam pengembangan gas. 

Taslim juga mengungkapkan, ada beberapa pejabat yang merasa ketakutan dalam mengambil keputusan khususnya membuat kebijakan karena khawatir dikriminalisasi. 

“Intinya dibutuhkan kepastian hukum, ketersediaan keterbukaan data, fleksibilitas dari sisi fiskal dan rezim, lalu perpajakan yang lebih bersaing, terakhir insentif dan penalti yang diperkuat,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×