Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Test Test
JAKARTA. Krisis keuangan dunia tak akan merambat ke pasar komoditas. Keyakinan ini muncul lantaran harga minyak mentah dunia, sebagai jangkar harga komoditas, cenderung stabil dan menurun.
Adalah Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi yang memberikan analisis ini. "Pada 2007, imbas pasar keuangan memang merambat ke pasar komoditas. Tahun ini tidak akan terjadi," kata Bayu, Kamis (18/9).
Bayu menyebut beberapa indikator. Misalnya, gejolak di pasar keuangan saat ini tidak dibarengi dengan gejolak harga minyak. "Minyak menjadi jangkar harga komoditas. Sekarang, ketika sektor finansial jeblok, harga minyak malah turun," katanya.
Selain itu, permintaan barang komoditas pada saat ini juga tidak begitu besar. Di beberapa negara seperti China, stok masih melimpah. Itulah yang menyebabkan harga CPO, gandum, gula, dan kedelai, serentak turun.
Meski trennya menurun, kata Bayu, dalam waktu dekat harga komoditas akan naik lagi. Tapi, kenaikan ini dipicu oleh naiknya biaya produksi.
Analis Danareksa David Sumual mengatakan krisis keuangan tahun lalu dengan saat ini memiliki perbedaan yang mencolok. “Yang terjadi sekarang, harga minyak mentah dan produk komoditas turun. Ini jelas sangat berbeda,” katanya.
Berbeda dengan Bayu dan David, ekonom Bank BNI Tony Prasentyantono memprediksi jatuhnya pasar finansial akan berimbas ke pasar komoditas. "Jatuhnya harga saham di Wall Street dan seluruh dunia menyebabkan investor yang ''memegang'' minyak akan nervous dan menjual saham-sahamnya yang terkait minyak," katanya.
Setelah itu, lanjut Tony, harga minyak jatuh ke level US$ 90-an per barrel. Karena harga minyak sudah menjadi benchmark bagi harga komoditas, maka harga komoditas pun akan ikut jatuh.