Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. General Electric terus mengembangkan bisnis migasnya di Indonesia. President Director at GE Oil and Gas Indonesia, Iwan Chandra bahkan menyebut GE telah mengincar beberapa proyek di Indonesia, salah satunya proyek Masela.
Menurutnya, proyek LNG yang cukup besar di Indonesia saat ini hanya dari blok Masela. Biarpun begitu, Iwan menyadari untuk masuk ke proyek Masela masih harus menunggu tender dibuka. "Inpex Masela itu target kami, tapi itu kan tender, selain itu belum ada," ujar Iwan pada Selasa (9/5).
GE Oil and Gas Indonesia memang telah lama bermain di proyek-proyek kilang LNG. Iwan menyebut sejauh ini GE telah masuk di proyek LNG Arun, LNG Badak, LNG Tangguh Train III, LNG Donggi Senoro. Untuk di proyek hulu migas, Iwan bilang GE telah masuk di proyek IDD yang dioperatori oleh Chevron.
Untuk itu ke depannya Iwan menyebut GE akan lebih agresif lagi untuk menggarap proyek-proyek migas di Indonesia. Terutama setelah selesainya merger antara GE dengan Baker Hughes yang ditargetkan selesai pada pertengahan tahun ini.
Jika merger selesai, Iwan mengaku GE bisa masuk ke proyek migas dari hulu hingga hilir dan dari skala besar hingga skala kecil. Maka tidak heran jika GE juga mengincar proyek LNG skala kecil yang kapasitasnya hanya 25-50 mmscfd.
"Kami siap untuk membangun small scale lng yang digabung dengan transportasinya, digabung dengan regas, untuk terima sampai ke pembangkitnya," katanya.
Tahun ini pun GE mengincar tiga proyek LNG skala kecil yang ada di Jawa, Sumatera, Kalimantan. Namun proyek ini masih harus menunggu investor yang mau mengembangkan proyek LNG skala kecil tersebut.
"Gagasan ide bisnis, modelnya, teknologinya, sudah ada. Gasnya ada, tinggal yang mau kasih kerjaan siapa nih. Tapi offering teknologi ini kita punya, tinggal siapa yang melihat ini bagus, cocok," imbuhnya.
Sejauh ini, GE Oil and Gas Indonesia memang memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap grup GE secara global. Iwan mengklaim kontribusi dari Indonesia capai 12% untuk GE global tahun lalu. "Katakanlah yang di atas US$ 1 miliar per tahun di GE worldwide itu salah satunya dari Indonesia," katanya.
Biarpun begitu, kontribusi tersebut sejatinya tidak meningkat dari tahun sebelumnya. Iwan bilang penurunan harga migas berpengaruh terhadap kegiatan migas secara keseluruhan.
Namun momen penurunan harga migas tersebut menurut Iwan jadi momentum pas untuk terus berinvestasi. Sehingga ketika harga migas naik, GE telah siap menggarap proyek-proyek di hulu migas.
"Secara keseluruhan sih oil and gas turun semua, aktivitas turun. Tapi yang penting investment kami enggak berkurang karena justru kami siapkan pada saat dia naik lagi, kami sudah siap," tegasnya.
GE Oil and Gas sejatinya telah berinvestasi untuk membangun pabrik di Surabaya dan Batam. Khusus untuk pabrik di Surabaya memproduksi teknologi yang berhubungan dengan pembangkit listrik dan proyek-proyek migas yang ada di Natuna dan Maluku. Sementara itu untuk pabrik di Batam akan dikonsentrasikan untuk proyek-proyek laut dalam dan penghubung kantor GE yang berada di Balikpapan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News