kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,86   -7,49   -0.80%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Genjot diversifikasi, Adaro Energy (ADRO) pacu lini bisnis listrik dan air


Kamis, 27 Juni 2019 / 20:39 WIB
Genjot diversifikasi, Adaro Energy (ADRO) pacu lini bisnis listrik dan air


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO, anggota indeks Kompas100) tengah memacu lini bisnis non-batubara. Salah satu pilar bisnis yang akan dikembangkan ADRO ini adalah bisnis kelistrikan dan air melalui PT Adaro Power dan PT Adaro Tirta Mandiri.

Wakil Presiden Direktur Adaro Power dan Adaro Tirta Mandiri Dharma Djojonegoro mengatakan, selain menyelesaikan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dalam dua tahun terakhir ini pihaknya secara intensif melakukan studi untuk pengembangan listrik dari energi terbarukan. Untuk tahap awal, kata Dharma, pihaknya fokus melakukan uji coba pada proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

"Jadi kami sudah mulai, kami sudah belajar dan melakukan sejumlah tahapan," kata Dharma dalam diskusi media yang digelar Kamis (27/6).

Dharma menjelaskan, Adaro Power tengah melakukan studi dan penjajakan kerjasama dengan sejumlah pihak untuk memastikan kesesuaian teknologi, kesiapan teknis dan juga skala bisnis. Pada tahap pertama, ia menyebut, ADRO telah mengembangkan PLTS yang digunakan untuk keperluan internal di area operasi Adaro di Kelanis, Kalimantan Tengah dengan kapasitas 100 kilowatt peak (kWp).

Meski tak menyebutkan secara detail, namun Dharma mengklaim bahwa penggunaan PLTS ini mampu mengefisienkan biaya pemakaian listrik Adaro. Ia memberikan gambaran, biaya PLTS ini lebih efisien dibandingkan menggunakan pembangkit berbahan bakar diesel yang biayanya bisa mencapai US$ 20-30 cent per kilowatt hour (kWh).

Karenanya, Dharma mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan menambah kapasitas dari PLTS di Kelanis sebesar 30 kWp. "(PLTS) Kelanis sudah berjalan dengan baik, kita mau tambah 30 kWp dalam beberapa bulan ke depan. Kami gunakan secara internal sambil belajar," terang Dharma.

Di luar penggunaan secara internal, Adaro Power pun mulai menjalankan uji coba pengembangan PLTS di wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua. Proyek percontohan itu dilakukan Adaro Power melalui perusahaan patungan atau joint venture (JV). Meski tak merinci, tapi Dharma mengatakan Adaro Power memiliki porsi saham 25% dari JV tersebut.

Melalui JV tersebut, Dharma menyebut kapasitas PLTS yang akan dipasang berkisar di angka 50-100 kWp. PLTS tersebut rencananya akan dikembangkan secara tertutup atau off grid, dan mampu memasok listrik hingga 300-500 keluarga yang tersebar di 10 desa-15 desa.

Dharma bilang, pilot project yang telah menelan biaya sebanyak US$ 3 juta- US$ 5 juta ini akan berjalan selama 6 bulan-12 bulan ke depan. Jika berjalan sesuai rencana, maka skema serupa akan diterapkan pada daerah lainnya.

"Kami lihat dulu dari segi teknis dan bisnis. Kalau berhasil fase berikutnya kami akan coba untuk (melistriki) 10.000-20.000 keluarga," jelas Dharma.

Selain di Papua, Adaro Power pun mengembangkan PLTS di sejumlah daerah. Di Sulawesi misalnya, Adaro Power telah menandatangani MoU dengan perusahaan listrik Prancis, yakni Electricite de France (EDF). Dharma bilang, kerjasama dengan EDF ini masih dalam tahap feasibility study (FS) yang hasilnya baru akan diketahui dalam beberapa bulan ke depan.

Sementara itu, Dharma juga mengungkapkan bahwa Adaro Power telah lolos pra-kualifikasi dalam lelang PLTS di Sumatera. Total kapasitas yang diincar oleh Adaro Power setara dengan 122 Megawatt dengan nilai investasi sekitar US$ 120- US$ 150 juta.

Namun, Dharma mengaku hingga saat ini pihaknya masih menunggu kelanjutan dari PT PLN (Persero). "Kita sudah lolos pra-kualifikasi. Kelanjutannya kita tunggu dari PLN," ujarnya.

Dharma juga mengatakan, Adaro Power terbuka untuk mengembangkan proyek kelistrikan berbasis energi bersih, seperti geothermal. Tanpa menyebut detail proyeknya, Dharma bilang bahwa Adaro Power pun tengah mengikuti lelang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang digelar PLN.

"Kami terbuka (untuk menggarap proyek kelistrikan EBT), karena kita lihat reneweble ini bagian dari masa depan," ujarnya.

Kendati demikian, Dharma menilai, saat ini dan dalam beberapa tahun ke depan, PLTU masih menjadi sumber setrum yang paling kompetitif. Saat ini, Adaro tengah fokus untuk menyelesaikan dua PLTU berskala jumbo.

Yakni PLTU Tanjung Power (2 x 100 MW) yang telah memasuki masa uji coba operasi, dan PLTU Batang (2 x 1.000 MW) yang sampai bulan Mei 2019, kemajuan pembangunannya sudah mencapai 78%. Untuk PLTU Tanjung, rencananya sudah bisa beroperasi komersial pada semester II tahun ini, sementara PLTU Batang bisa rampung pada akhir tahun 2020.

Di sisi lain, ADRO pun tengah menggenjot pengembangan lini bisnis air. Melalui PT Adaro Tirta Mandiri, Adaro telah mengoperasikan instalasi pengelolaan air di Gresik (Jawa Timur), Banjar Baru (Kalimantan Selatan) dan Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Terbaru, Adaro mengembangkan proyek air di Dumai melalui kerja sama dengan PT Adhi Karya Tbk.

Secara total, Adaro telah berhasil menggenggam pengelolaan air bersih dengan kapasitas 1.670 liter per detik. Rincinya, pengelolaan air di Gresik berkapasitas 400 liter per detik, Banjar (500 liter per detik), Kota Waringin (320 liter per detik) dan Dumai dengan kapasitas 450 liter per detik.

Dharma optimistis, target Adaro untuk bisa mengoperasikan pengelolaan air bersih dengan kapasitas 4.000 liter per detik pada tahun 2022 atau 2023 bisa terlaksana. "Saya kira bisa, sekarang pun kita terus melakukan penjajakan dan mencari proyek tambahan," terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, pihaknya memang berencana memperbesar kontribusi dari lini bisnis non-tambang. Adapun, Adaro memiliki empat lini bisnis utama sebagai penopang perusahaan, yakni mining, services, logistik dan power.

Per tahun 2018, kata Nadira, kontribusi dari lini non-tambang baru mencapai 20% terhadap EBITDA. Nadira bilang, dalam beberapa tahun ke depan, diharapkan kontribusi dari keempat lini bisnis utama itu bisa berimbang.

Pada tahun ini, Adaro Energy menganggarkan US$ 450 juta- US$ 600 juta untuk belanja modal pada keseluruhan anak usahanya. "Ke depan empat pilar utama itu kami harapkan akan berimbang porsinya. Memang secara bertahap karena banyak proyek yang masih berjalan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×