kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Genjot produksi, industri batubara kesulitan pasokan alat berat


Selasa, 15 Maret 2011 / 16:51 WIB
Genjot produksi, industri batubara kesulitan pasokan alat berat
ILUSTRASI. Personel Satgas Mobile COVID-19 membawa pasien diduga terjangkit virus Corona (COVID-19) di Rumah Sakit Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (11/3/2020). RSUD Suradadi menjemput salah satu anak buah kapal (ABK) warga Desa Demangharjo, Kabupaten Te


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Tingginya produksi batubara di Indonesia berdampak kepada naiknya permintaan alat berat untuk industri tambang batubara. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI), Supriatna Sahala mengatakan, saat ini para pengusaha batubara sedang mengeluhkan seretnya pasokan alat berat untuk industri tambang.

Supriatna tidak menampik, sulitnya mendapatkan alat berat itu karena banyak perusahaan-perusahaan batubara yang mulai berekspansi dalam menambang. Dus, permintaan alat berat naik tajam. "Ditambah lagi dengan harga batubara yang bagus," terang Supriatna. Supriatna menilai harga batubara berkorelasi positif dengan permintaan alat berat. Menurut dia, kesulitan alat berat ini sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu.

Pada 2009, produksi batubara mencapai 260 juta ton, padahal target produksi hanya sebesar 230 juta ton. Pada 2010 target produksi batubara mencapai 275 juta ton, Namun realisasinya mencapai 300 hingga 320 juta ton. Tahun ini, target produksi batubara ditargetkan mencapai 340 juta ton.

Produksi batubara Indonesia cukup tinggi menyusul naiknya permintaan ekspor, khususnya dari China dan India serta kebutuhan program 10.000 megawaat (mw) tahap I dan II.

Berdasarkan riset dari Philip Securities, permintaan alat berat pada sektor tambang pada tahun ini mencapai 4.673 unit. Jumlah ini naik dibandingkan dengan permintaan alat berat sektor tambang pada tahun lalu hanya sebesar 4.133 unit. Tahun 2009, permintaan alat berat sektor tambang sebesar 3.175 unit.

Sementara itu, Presiden Direktur Bhakti Energi Persada (BEP), Jeffrey Mulyono mengatakan, pihaknya saat ini tidak kesulitan alat berat. Sebab, BEP telah merencanakan dengan baik untuk kontrak alat berat dengan kebutuhannya.

"Biasanya kita beli alat berat itu sekitar enam bulan atau satu tahun sebelumnya. Sehingga tidak ada kesulitan. Untuk tahun ini kita belum order alat berat," kata Jeffrey.

Jeffrey menambahkan, industri tidak akan kesulitan alat berat apabila mampu merencanakan dengan baik antara kebutuhan dengan waktu pembelian. "Ini kan fenomena biasa. Industri alat berat kan memiliki kapasitas maksimum. Kalau belinya banyak ya harus menunggu," tandas Jeffrey.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×