Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - BANDUNG. PT Geo Dipa Energi (GDE) bakal lebih getol memburu pendanaan eksternal. Selain opsi pendanaan hijau atau green fund, Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, perusahaan juga melirik opsi pendanaan eksternal lainnya, termasuk penghimpunan dana dari pasar modal lewat skema penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO).
Tapi, Direktur Operasi dan HSSE PT Geo Dipa Energi, Rio Supriadinata Marza mengatakan, opsi untuk melantai di pasar modal masih perlu mendapat ‘lampu hijau’ terlebih dahulu dari pemerintah.
“Untuk saat ini salah satu opsi untuk mendapat pendanaan itu seperti itu, IPO, karena kami diminta kalau bisa tidak mengharapkan penyertaan modal negara (PMN) lagi, karena kan green fund itu sebenarnya banyak. Cuman, apakah bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk pengembangan Geo Dipa atau keseluruhan geothermal di Indonesia, itu yang sedang diatur oleh Kementerian Keuangan,” tutur Rio, Sabtu (15/7).
Kendati demikian, pendanaan dari Dana Pembiayaan Infrastruktur Sektor Panas Bumi (PISP) yang dikelola oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) masih tetap menjadi prioritas perusahaan bila dibandingkan dengan opsi IPO.
Sedikit informasi, sebelumnya GDE juga pernah memanfaatkan skema pendanaan ini untuk membiayai proyek PLTP Dieng Small Scale (1 x 10 MW). Nilainya sekitar US$ 21 juta.
Baca Juga: Ambisi Besar Pemerintah Dorong BUMN Masuk Bursa, Ini Perusahaan yang Siap Go Public
“Prioritas sebenarnya menggunakan dana-dana murah yang dikelola oleh PT SMI. (Tapi) Kalau memang tidak ada lagi, dan kami siap, IPO adalah pilihan terakhir. Dan tentunya kami harus mendapat izin,” tutur Rio.
GDE memang tengah berambisi untuk memacu pengembangan kapasitas panas bumi perusahaan. Rio berujar, total potensi pengembangan panas bumi kelolaan GDE sejatinya bisa mencapai 1.000 megawatt (MW) selama 20-30 tahun ke depan.
Target GDE, perusahaan bisa setidaknya mengembangkan kapasitas hingga 400 MW di tahun 2030.
Saat ini, GDE telah melakukan pengoperasian wilayah kerja panas bumi (WKP) Dieng dan Patuha dengan dua unit PLTP, yaitu 1 Unit di PLTP di lapangan panas bumi Dieng (PLTP Dieng Unit 1) dengan kapasitas terpasang atau installed capacity 60 MW 1 Unit PLTP di lapangan panas bumi Patuha (PLTP Patuha Unit 1) dengan kapasitas terpasang 60 MW.
Di samping itu, GDE juga menerima penugasan Pemerintah untuk melakukan pengelolaan terhadap WKP Candi Umbul Telomoyo dan WKP Arjuno Welirang sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 1748 K/30/MEM/2017 tanggal 11 April 2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT Geo Dipa Energi (Persero) di Wilayah Kerja Panas Bumi di Daerah Gunung Arjuno Welirang, dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1749 K/30/MEM/2017 tanggal 11 April 2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT Geo Dipa Energi (Persero) di Wilayah Kerja Panas Bumi di Daerah Candi Umbul Telomoyo.
Mengintip laporan tahunan perusahaan, GDE telah mengantongi 2 energy sales contract (ESC), yaitu ESC Dieng dan ESC Patuha. Kedua ESC tersebut telah ditandatangani pada tanggal 18 Juni 2004 silam.
Baca Juga: Kementerian BUMN masih menggodok skema holding panas bumi
Di dalam kedua PJBL tersebut tertera Harga Dasar dan Harga Minimum Penjualan Listrik (Base and Minimum Electricity Price) yang dibeli oleh PLN. Perjanjian ini berlaku selama tiga puluh (30) tahun sejak PLTP mulai beroperasi.
ESC Dieng memberikan kepastian bahwa listrik yang dihasilkan dari Lapangan Dieng, WKP Daerah Dataran Tinggi Dieng akan dibeli oleh PLN, sebesar kapasitas kontrak 400 MW, yaitu terdiri dari 6 unit PLTP dengan masing-masing kapasitas 55 MW net (net, bukan installed capacity) untuk PLTP Dieng Unit 1 s.d 6, dan 2 unit PLTP dengan masing-masing kapasitas 35 MW net untuk PLTP Dieng Unit 7 dan 8.
Salah satu proyek ekspansi yang tengah GDE kawal di antaranya proyek PLTP Patuha unit 2. General Manager Geo Dipa Energi Unit Patuha, Ilen Kardani, mengatakan bahwa Geo Dipa Energi telah melakukan pengeboran 8 sumur dari total rencana 12 sumur di Patuha. Setelah rampung, aktivitas pengeboran sumur tersebut bakal dilanjutkan dengan instalasi PLTP kedua di Patuha, yakni PLTP Patuha Unit 2 net 55 MW atau installed capacity 60 MW.
“Insya Allah kalau semua lancar selesai di tahun 2026 awal atau 2025 akhir,” kata IIen (15/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News