Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang tarif antar sesama penyedia jasa ride hailing mulai memanas. Go-Jek pun angkat bicara terkait struktur tarif perusahaan.
VP Corporate Affairs Go-Jek, Michael Say mengungkapkan, struktur layanan tariff di Go-Jek mempertimbangkan berbagai aspek termasuk untuk menjaga keberlangsungan industri secara sehat.
”Yang wajib dipahami, struktur tarif yang dimiliki Go-Jek itu terbagi dua, tarif yang dikenakan ke pelanggan dan tarif yang kami bayarkan ke mitra,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat (07/12).
Hal tersebut sekaligus membantah ungkapan pihak yang menyebut tarif Go-Jek lebih rendah dibandingkan pemain lain di industri ride hailing Indonesia.
”Sebelumnya perlu dipahami bahwa data perbandingan tarif GOJEK dan pemain lain yang dirilis di beberapa pemberitaan tidak bisa dibandingkan apple to apple. Apalagi ternyata catatan tarif Go-Jek yang dikutip merupakan tarif per kilometer yang dikenakan ke konsumen dan bukan yang diterima oleh mitra,” papr Michael.
Memang, lanjut Michael, penyesuaian tarif dilakukan Go-Jek belum lama ini. Namun, ini dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi pasar yang saat ini terindikasi mengarah ke persaingan usaha tidak sehat.
Hal tersebut dikhawatirkan dapat terjadi dominasi pasar yang bisa mengancam keberlangsungan para driver.
Padahal, bagi Go-Jek, pendapatan dan kesejahteraaan mitra driver yang berkesinambungan merupakan prioritas.
Oleh karena itu, penyesuaian tarif yang dilakukan diiringi berbagai inisiatif untuk menambah jumlah pengguna dan jumlah order bagi para mitra. Demi memastikan keberlangsungan pendapatan para mitra.
“Setelah penyesuaian tariff, angka tarif Go-Jek masih paling tinggi dibandingkan pemain lainnya," ujar Michael.
Berdasarkan data dari aplikasi driver yang ditemui di lapangan, argo minimum Go-Jek adalah Rp 10.000, sementara Grab Rp 7.000.
Perbedaan itu yang menyebabkan banyak direver bermigrasi ke Go-Jek. Bahkan, Michael menyebutkan, perpindahan itu masih terjadi setelah penyesuaian tarif dilakukan, mayoritas mitra memilih pindah ke Go-Jek karena mempertimbangkan skema tarif dan insentif yang lebih transparan.
“Melalui aplikasi mitra, kami memiliki fitur catatan pembukuan pemasukan harian agar mereka mengetahui secara jelas pendapatan yang didapat per harinya,” terangnya.
Data GOJEK menunjukkan, dalam sebulan terakhir pihaknya menerima belasan ribu mitra baru di Jabodetabek yang masuk ekosistem perusahaan aplikator dari Indonesia itu. ”Dengan migrasi ini, kami semakin semangat untuk terus mendorong kesejahteraan sektor informal di Indonesia,” pungkas Michael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News