Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Perusahaan perkebunan kelapa sawit Golden Agri-Resources Ltd (GAR) akan mengandalkan ekspor produk minyak kelapa sawit ke China dan India untuk mendongkrak pendapatan. Dengan proporsi ekspor ke dua negara mencapai masing-masing 18% dan 19%, ekspor mereka bisa diandalkan di tengah kekhawatiran turunnya ekspor sawit ke Eropa.
Perusahaan ini mencatat proporsi ekspor produk minyak kelapa sawit ke benua Eropa dan Afrika sebesar 21%, sedangkan ke negara Asia sebesar 31% . Sementara penjualan di dalam negeri proporsinya sebesar 11%.
Agus Purnomo, Managing Director Sustainability & Strategic Stakeholders Engagement GAR mengatakan, bila produk sawit tidak diterima Eropa maka dapat menimbulkan masalah bagi GAR. "Kami meminta agar pemerintah dan asosiasi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan," ujar Agus, Selasa (18/7).
Agus menjelaskan, pada kuartal I-2017, pendapatan GAR dan anak usahanya telah mencapai lebih dari US$ 2 miliar. Pendapatan ini tumbuh sekitar 37% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang sebesar US$ 1,4 miliar. Pendapatan berasal dari produksi kelapa sawit GAR kuartal-I sebesar 695,857 ton, naik 26% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari produksi crude palm oil (CPO) tersebut, kebun sawit milik GAR menyumbang produksi sampai 40%-50%. Sementara sisanya dibeli dari perusahaan sawit lainnya.
Agus bilang resolusi Eropa yang menolak minyak kelapa sawit sampai saat ini memang tidak berdampak besar bagi bisnis GAR. Kendati demikian, resolusi itu dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai kebijakan yang berpotensi merugikan perusahaan sawit.
Saat ini GAR memiliki 72.000 hektare (ha) kawasan hutan yang ada dalam konsesi perkebunan sawitnya. Dengan total mencapai 169 perkebunan kelapa sawit seluas kurang lebih 488.000 ha, Agus mengaku terus menjaga kawasan hutan yang ada.
Agus menambahkan, GAR juga sudah tidak melakukan ekspansi lahan perkebunan lagi. Untuk menjaga produksi, pihaknya terus melakukan peremajaan sebesar 5% per tahun. Namun perusahaan bisa menambah kapasitas produksi turunan sawit, seperti biodiesel. GAR sendiri telah memiliki dua unit pabrik biodiesel berkapasitas masing-masing 300.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News