Reporter: Abdul Basith | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan jagung sebagai bahan baku utama industri pakan ternak masih dapat tercukupi. Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menyebut, produksi jagung berlebih, meski Kementerian Pertanian (Kemtan) melakukan ekspor jagung.
"Panen masih bersamaan, sampai sejauh ini belum berdampak pada industri pakan ternak," ujar Ketua GPMT Johan kepada Kontan.co.id, Minggu (11/3).
Panen bersamaan membuat industri pakan menyerap jagung yang terdapat di dekat sentra produksi pakan. Penyerapan tersebut untuk langkah efisiensi.
Sementara, Johan bilang, ekspor jagung berasal dari sentra produksi jagung yang jauh dari industri pakan, seperti di Sulawesi Selatan. Biasanya industri bergerak membeli ke daerah tersebut apabila panen menipis.
Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ternak yang komposisinya melebihi 50%. Johan bilang, kebutuhan jagung untuk pakan ternak sekitar 7 juta ton per tahun.
Produksi jagung pada sentra produksi yang jauh dari sentra produksi pakan ternak akan kalah saing akibat biaya pengiriman yang tinggi. Industri akan lebih memilih bahan baku yang lebih terjangkau.
"Sentra produksi jagung yang jauh dari sentra produksi pakan ternak pasti akan kalah dalam kompetisi harga jual jagung," papar Johan.
Lanjut Johan, harga ongkos angkut dari sentra produksi jagung seperti Makassar, Gorontalo, dan Sumbawa bisa mencapai di atas Rp 400 per kilogram (kg). Sementara ongkos angkut dari Lampung ke Jakarta kurang dari Rp 200 per kg.
Oleh karena itu, ekspor jagung dinilai dapat menjadi solusi bagi petani jagung. "Ekspor jagung menjadi salah satu solusi di saat panen bersamaan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News