kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gula pemancing semut proyek MRT Lebak Bulus


Selasa, 27 September 2016 / 11:16 WIB
Gula pemancing semut proyek MRT Lebak Bulus


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Rizki Caturini

SUARA sorak-sorai gemuruh pendukung klub sepak bola kebanggaan DKI Jakarta, Persija di Lebak Bulus, Jakarta Selatan sudah tinggal kenangan. Maklum lapangan hijau di Stadion Lebak Bulus, tempat Persija merumput kini sudah berubah menjadi lokasi pembangunan sarana transportasi mass rapid transit (MRT).

Mulai tahun 2015 lalu, kandang klub sepak bola berjuluk Macan Kemayoran itu telah rata dengan tanah. Di tempat itu kini dipadati oleh alat berat yang bekerja keras melakukan penggalian untuk pendirian pondasi sarana transportasi MRT. Kelak, di atas lahan seluas 10 hektare (ha) tersebut akan berdiri depo dan stasiun MRT. 

Lebak Bulus menjadi salah satu dari 12 lokasi stasiun lain MRT lain yang menjadi pembangunan tahap I megaproyek MRT. Pemerintah menargetkan, fasilitas MRT tahap I bisa beroperasi tahun 2018 mendatang. Bak gula yang diserbu semut, kawasan itu bakal menjadi magnet baru di kawasan selatan Jakarta.

Agar menarik "semut-semut" kontraktor proyek transportasi tersebut ngebut  membangun konstruksi dan jalur MRT. Beragam jenis alat berat dan truk pengangkut tanah masih berseliweran dan menjadi pemandangan harian di sekitar Lebak Bulus. 

Berdasarkan pengamatan KONTAN, selain membuat pondasi jalur, pekerja proyek juga sedang merampungkan pembangunan fisik gedung yang akan menjadi Gedung Administrasi proyek MRT. Seiring waktu, kontraktor proyek akan menambah satu per satu sarana dan kebutuhan infrastruktur untuk depo dan stasiun MRT tersebut. 

Seiring pelaksanaan proyek, pemerintah setempat saat ini masih berjibaku membebaskan lahan yang ternyata belum sepenuhnya selesai. Tomy Fudihartono, Camat Cilandak, Jakarta Selatan, bilang, masih ada tujuh bidang tanah lain yang harus dibebaskan, dari total 25 bidang tanah. ”Baru 18 bidang yang selesai,” kata Tomy kepada KONTAN, Minggu (25/9).

Tomy bilang, pembebasan lahan tambahan untuk melengkapi kebutuhan sarana infrastruktur MRT. Sebab, kehadiran MRT akan mempercepat pengembangan wilayah Lebak Bulus. Stasiun ini menjadi sarana angkutan masyarakat komuter dari pinggir Jakarta seperti Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Depok dan Bogor. 

Tak ayal, pengembangan kawasan membutuhkan perencanaan  matang. ”Akan ada pembangunan kawasan komersial, tapi belum bisa kami sampaikan karena kami ingin fokus pada pembangunan konstruksi dulu,” ujar Dono Boestami, Direktur Utama PT MRT Jakarta, kepada KONTAN, Sabtu (24/9).

Dono menambahkan, pembangunan kawasan komersial lebih mudah ketimbang membangun sarana MRT. Asal tahu saja, pengembangan kawasan komersial di area stasiun merupakan hal wajar. Merujuk pembangunan yang sudah ada, wilayah publik kerap menjadi wilayah yang sedap untuk mereguk fulus. 

Tengok saja pembangunan Stasiun Gambir yang disertai dengan kawasan komersial di lantai dasar. Hal serupa juga tampak pada Stasiun Jakarta Kota (Jakarta Barat) yang juga memiliki area komersial. Kondisi serupa juga ada di Terminal Blok M (Jakarta Selatan).

Setali tiga uang, PT MRT Jakarta nantinya juga akan mengandalkan pendapatan dari area komersial. PT MRT Jakarta memiliki dua sumber pendapatan. Yakni pendapatan dari tiket atau farebox MRT Jakarta dan pendapatan non-farebox MRT Jakarta atau pendapatan dari penyewaan area komersial.

Adapun area komersial yang dipersiapkan nantinya adalah; area periklanan, telekomunikasi, wilayah parkir, konsultasi dan teknis, investasi, interconnection fee, lalu transportasi (taksi, bus dan jaringan feeder lain serta area komersial lain. Maka itu, kehadiran MRT tak hanya menyebabkan warga tersenyum, pelaku usaha juga ikut bersorak. 

Beragam peluang bisnis yang hadir dari proyek MRT tersebut bisa menjadi incaran pengusaha. Apalagi, ada ratusan ribu orang pengguna angkutan massal itu yang bisa menjadi konsumen. Jika penumpang MRT berjumlah 100.000 orang per hari dan merogoh Rp 10.000 untuk membeli camilan, setidaknya ada potensi pendapatan senilai Rp 1 miliar per hari. 

Segmen bisnis yang akan menikmati MRT tersebut adalah, periklanan, food and beverage (F&B), convenience store, jasa parkir dan lainnya. Kesimpulannya, stasiun MRT akan menjadi magnet ekonomi baru di kawasan Selatan Jakarta.

Peluang ini telah diintip pelaku usaha. Sebut saja, perusahaan ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yang kini mengincar gerai di lokasi sarana publik tersebut. Nur Rachman General Manager Corporate Communication PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk bilang, gerai yang cocok di stasiun MRT adalah convenience store.      

(Bersambung)        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×