kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gurihnya pasar edamame


Selasa, 17 Januari 2017 / 06:56 WIB
Gurihnya pasar edamame


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Yudho Winarto

Fasilitas cold storage disiapkan agar GMIT mampu bersaing di pasar ekspor. Pasalnya, edamame yang diekspor harus dalam keadaan beku. Austindo menganggarkan investasi senilai Rp 12,5 miliar untuk proyek cold storage tersebut. Saat ini, masih dalam tahap pembangunan.

"Produksi edamame di Indonesia masih kecil. Prospek komoditas ini ke depan sangat menjanjikan," ungkap Lucas.

Aksi Austindo merambah pasar ekspor edamame luar bukan tanpa pertimbangan. Sejak tahun 2014-2015, GMIT telah uji coba ekstensifkasi budidaya edamame dengan melibatkan 20 kelompok atau sekitar 400 petani. Setiap kelompok tani mengelola lahan kebun edamame seluas 5 ha - 8 ha.

Hasilnya, sepanjang 2015, GMIT mampu memasarkan 335 ton edamame segar. Lucas menjelaskan, produksi edamame seluruhnya diserap pasar domestik dengan jangkauan wilayah Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta. Di tahun 2016 lalu, GMIT mampu menjual sekitar 800 ton edamame di pasar domestik. Tahun 2017 diharapkan perusahaan mampu menjual dua kali lipat dibanding penjualan tahun lalu.

Skema bisnis produksi edamame Mitratani dan Austindo memiliki kesamaan. Mereka tidak memiliki lahan sendiri, namun menjalin kemitraan dengan para petani di Jember. Kota di sebelah timur pulau Jawa ini memang dikenal sebagai basis produksi edamame terbesar di tanah air, selain Solo dan Bogor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×