kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gurihnya pasar edamame


Selasa, 17 Januari 2017 / 06:56 WIB
Gurihnya pasar edamame


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Produk kedelai Jepang dalam negeri ternyata makin diminati pasar mancanegara. Kedelai yang lebih dikenal dengan edamame ini permintaannya makin meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan kebutuhan edamame dunia mencapai 100.000 ton per tahun.

Bagi Mitratani pasar ekspor adalah tujuan utama. Sepanjang 2016, Mitratani bisa memproduksi 7.100 ton edamame. Sebanyak 5.000 ton atau 70,42% dialokasikan untuk penjualan ekspor.

Sedangkan sisanya, 2.100 ton atau 29,58% dipasok ke pasar domestik. Pendapatan perusahaan dari ekspor edamame diperkirakan mencapai 10,75 juta US$. Harga jual ekspor edamame rata-rata 2,15 US$.

Direktur Utama Mitratani Dua Tujuh, Guntaryo mengatakan negara tujuan ekspor edamame, yakni Jepang, Eropa, Amerika, Australia, sebagian Timur Tengah, Singapura dan Malaysia. "Sebanyak 80% edamame kami ekspor ke Jepang. Sisanya 20%, diekspor ke negara-negara lain," terangnya.

Ia menyebutkan, di tahun 2017 ini, Mitratani menargetkan produksi edamame hingga 7.900 ton. Dengan kata lain, jumlah ini meningkat 800 ton dibanding produksi tahun lalu. Dari angka tersebut, Mitratani mengalokasikan ekspor sekitar 5.200 ton.

Dan selebihnya disimpan sebagai pasokan domestik. "Kami juga sedang menggenjot untuk kebutuhan lokal sendiri," jelas Guntaryo.

Ia mengalokasikan 2.700 ton edamame untuk kebutuhan domestik. Permintaan edamame domestik diprediksi akan meningkat sekitar 20% - 25% sepanjang tahun 2017.

Besarnya potensi pasar edamame, baik di dalam negeri maupun ekspor rupanya menarik minat perusahaan lain. Salah satu pemain baru dalam bisnis edamame adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, lewat anak usahanya PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT).

Sebelumnya, anak perusahaan ini bernama PT Gading Mas Indonesia Tobacco, fokus pada bisnis tembakau. Namun sejak 2012, perusahaan tersebut banting setir ke usaha agribisnis dan pangan. Salah satu komoditas yang tengah digenjot produksinya adalah edamame. Rencananya, GMIT juga siap membidik pasar ekspor. Selama ini, eksportir utama edamame hanya PT Mitratani Dua Tujuh.

Lucas Kurniawan, Direktur Keuangan Austindo Nusantara Jaya mengatakan perusahaan bakal menyasar pasar mancanegara mulai tahun ini.

GMIT tengah mempersiapkan fasilitas gudang berpendingin udara (cold storage) agar rencana ekspor bisa terealisasi. Fasilitas cold storage ditargetkan mulai beroperasi semester II tahun ini. "Kami akan ekspor edamame ke Jepang dan China," ungkap Lucas.

Fasilitas cold storage disiapkan agar GMIT mampu bersaing di pasar ekspor. Pasalnya, edamame yang diekspor harus dalam keadaan beku. Austindo menganggarkan investasi senilai Rp 12,5 miliar untuk proyek cold storage tersebut. Saat ini, masih dalam tahap pembangunan.

"Produksi edamame di Indonesia masih kecil. Prospek komoditas ini ke depan sangat menjanjikan," ungkap Lucas.

Aksi Austindo merambah pasar ekspor edamame luar bukan tanpa pertimbangan. Sejak tahun 2014-2015, GMIT telah uji coba ekstensifkasi budidaya edamame dengan melibatkan 20 kelompok atau sekitar 400 petani. Setiap kelompok tani mengelola lahan kebun edamame seluas 5 ha - 8 ha.

Hasilnya, sepanjang 2015, GMIT mampu memasarkan 335 ton edamame segar. Lucas menjelaskan, produksi edamame seluruhnya diserap pasar domestik dengan jangkauan wilayah Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta. Di tahun 2016 lalu, GMIT mampu menjual sekitar 800 ton edamame di pasar domestik. Tahun 2017 diharapkan perusahaan mampu menjual dua kali lipat dibanding penjualan tahun lalu.

Skema bisnis produksi edamame Mitratani dan Austindo memiliki kesamaan. Mereka tidak memiliki lahan sendiri, namun menjalin kemitraan dengan para petani di Jember. Kota di sebelah timur pulau Jawa ini memang dikenal sebagai basis produksi edamame terbesar di tanah air, selain Solo dan Bogor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×