kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hama dan cuaca serang produksi padi


Selasa, 08 Agustus 2017 / 11:00 WIB
Hama dan cuaca serang produksi padi


Reporter: Abdul Basith, Lidya Yuniartha, Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Penugasan pemerintah kepada Perum Bulog untuk menyerap 850.000 ton setara gabah pada semester kedua tahun ini tidaklah mudah. Hal itu terjadi karena panen padi semester dua tahun ini tidak sebanyak semester pertama. Pasalnya, pada semester kedua, Indonesia memasuki cuaca kemarau dan musim paceklik.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kemtan) proyeksi panen padi paruh kedua tahun ini sekitar 35,8 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi ini jauh lebih rendah dibandingkan paruh pertama tahun ini sebesar 48 juta hingga 49 juta ton GKG. Pola produksi ini memang sudah terjadi setiap tahun.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, meskipun produksi semester kedua turun namun pihaknya optimis dapat meningkatkan produksi gabah hingga 86 juta ton sampai akhir tahun. Target ini lebih tinggi dari tahun lalu sebesar 79 juta ton.

Salah satu upaya yang ditempuh: menambah luas areal tanam sebesar 728.454 hektare (ha). "Sampai Oktober tahun 2017 ini, kami targetkan perluasan areal sudah tembus di atas 1 juta ha," ujar Gatot ke KONTAN, Senin (7/8).

Mneurut Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia Winarno Tohir, proyeksi produksi padi pada semester kedua tahun ini masih baik kendati lebih rendah dari semester pertama. Karena itu, ia memastikan Perum Bulog masih dapat menyerap beras dari petani asalkan benar-benar mau memanfaatkan momentum pada saat ini.

Saat ini menjadi momentum karena sejak akhir Juli sampai awal September terjadi panen gadu di sejumlah daerah. "Jadi momentumnya sekarang, Agustus ini merupakan puncak panen gadu, jadi Bulog harus gerak cepat," ujarnya.

Ia bilang, bila Bulog tidak bergerak cepat dan melakukan pembelian pada bulan Agustus ini, maka perusahan pelat merah ini akan kehilangan momentum mendapatkan beras langsung dari sawah. Sebab bila padi dari petani sudah masuk ke pedagang, harganya sudah mahal.

Gangguan hama

Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia Jawa Barat, Musroni mengatakan, potensi panen semester kedua ini turun. Apalagi ada potensi gagal panen lebih besar karena adanya hama wereng. "Sekarang ini sudah banyak gangguan hama, itu masih belum cuaca yang memasuki kemarau," ujarnya Musroni.

Meskipun panennya tidak setinggi semester pertama, tapi Musroni menyambut baik niat Bulog menyerap gabah dan beras petani dengan kenaikan 10% di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Namun ia mengakui kenaikan harga ini tidak sepenuhnya dinikmati petani, karena banyak yang gagal panen sehingga produksinya rendah.

Sementara itu, Pedagang Beras asal Kediri, Jawa Timur Andi Kerkep mengatakan, di daerahnya panen padi sudah sedikit. Dengan kondisi itu maka harga gabah dan beras juga mulai naik. "Itu karena panen saat ini paling sekitar 20% saja dari total produksi dalam setahun," ujarnya.

Sutarto Alimoeso, Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi) bilang masih ada potensi panen besar pada bulan Oktober sampai Maret setiap tahunnya. Panen pada bulan tersebut menyumbang sebesar 70% total produksi.

Produksi gabah dan beras tersebut mayoritas diserap industri swasta dan Bulog hanya mampu menyerap sekitar 8% saja. Nah pada semester kedua tahun ini, panen diprediksi lebih sedikit karena adanya musim kemarau dan serangan hama. "Biasanya Bulog hanya menyerap dari kelebihan produksi yang tidak terserap pasar, jadi sekarang harus cepat," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×