kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak turun


Senin, 04 Juni 2018 / 18:05 WIB
Harga ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak turun
ILUSTRASI. Batas harga ayam dan telur


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini harga ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak sudah mulai menunjukkan penurunan. Padahal, beberapa waktu yang lalu, harga ayam tas dan telur ras di tingkat peternak dan konsumen sempat berada di atas harga acuan yang ditetapkan pemerintah.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko mengatakan, saat ini harga telur di tingkat peternak di wilayah Jawa berkisar Rp 17.000 - Rp 19.000 per kg sementara harga ayam ras sekitar Rp 19.000 - Rp 20.000 per kg.

Menurut Singgih, harga ayam dan telur di tingkat peternak menurun seiring dengan permintaan masyarakat yang juga menurun.

“Siklusmya memang begitu. Biasanya untuk telur, seminggu setelah puasa sampai lebaran permintaan turun, sementara untuk ayam turun setelah seminggu puasa dan naik lagi dua atau tiga hari sebelum lebaran. Setelah itu turun lagi ,” ujar Singgih kepada Kontan.co.id, Senin (4/6).

Berdasarkan pantauan Kontan.co.id di pasar tradisional di Jakarta, harga telur ayam ras sudah menunjukkan penurunan sementara harga ayam ras masih tinggi.

Di pasar Palmerah, harga ayam ras di pasar Palmerah berkisar Rp 35.000 - Rp 40.000 per kg, sementara harga telur berkisar Rp 24.000 - Rp 25.000 per kg. Sementara di pasar slipi jaya, harga ayam ras sebesar Rp 40.000 per kg, dan harga telur sekitar Rp 22.000 per kg.

Singgih mengatakan, seharusnya harga ayam di tingkat konsumen juga turun seiring dengan penurunan harga di tingkat peternak. “Seharusnya dengan harga di peternak sebesar Rp 19.000 - Rp 20.000 per kg, harga ayam sudah Rp 34.000 - Rp 35.000 per kg,” ujar Singgih.

Menurut Singgih, tingginya harga tersebut bisa disebabkan oleh rantai pasok yang tinggi atau pedagang yang ingin mencari keuntungan yang besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×