Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga-harga barang-barang elektronik terkena dampak dari adanya pelemahan mata uang rupiah atau penguatan dolar AS beberapa minggu terakhir.
Kenaikan harga ini diakui oleh sejumlah penjual di kawasan pusat perbelanjaan elektronik Harco Mangga Dua, Sawah Besar, Jakarta Utara.
Saat dikunjungi Kontan pada Senin (23/10) sejumlah pedagang mengakui beberapa jenis barang elektronik mengalami kenaikan harga imbas dari penguatan dolar terhadap rupiah, terlebih mayoritas barang-barang elektronik dan suku cadang masih mengandalkan pasokan impor luar negeri yang otomatis harus dibeli mengikuti mata uang asing.
Salah satu yang terdampak adalah adalah Yani (36), pegawai di Toko Berkah Laptop ini mengatakan memang ada kenaikan harga laptop, hampir di semua merek, contohnya Asus, Lenovo, Hp, Acer, dan lain-lainnya.
“Kalau naik ada tapi kita gak bisa sama ratakan masing-masing merek naiknya beda-beda,” ungkapnya.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Begini Dampaknya Bagi Industri Baja
Tak hanya itu, ia juga mengeluhkan mengenai sepinya pengunjung di Harco Mangga Dua. Ini memperparah pendapatan, selain harus menaikan harga, pengunjung yang datang dan membeli barang juga menurun, menurutnya sejak 2-3 bulan lalu.
“Dulu kita sehari bisa 1-2 (laptop) laku, sekarang 3 laptop bisa makan waktu 1 minggu,” jelasnya.
Selain Yani (36), ada pula Wati (40), pegawai HM Note Book. Ia mengatakan harga laptop yang dijual di tokonya juga mengalami kenaikan. Kenaikan itu ada di angka Rp 100-200 ribu per-laptop.
“Ada kenaikan, 100-200 ribu lah per-laptop, tapi kalau pembeli ya ada aja sih setiap hari,” katanya saat ditanya.
Tak hanya laptop, peralatan gaming juga mengalami kenaikan. Rian (30) pegawai Toko Vurrion Technology mengatakan kenaikan bisa diperkirakan antara 5-10%.
“Memang karena rata-rata impor (barang). Kalau PC Gaming kan banyak bagiannya, jadi ya kisaran segitu (kenaikannya),” katanya.
Ia juga mencontohkan harga hard disk yang tadi harganya Rp 1,4 juta sekarang bisa seharga Rp 1,6 juta atau Rp 1,7 juta.
Lain lagi dengan produk elektronik CCTV, Edi (27) pemilik toko Sinar Elektronik mengatakan dirinya memilih tidak menaikan harga meskipun ada kenaikan harga.
“Kalau CCTV tipis ya (kenaikannya) paling Rp 1.500 - 2.500 perak. Jadi ya saya sih tidak naikin (harga) karena naiknya tipis dan masih bisa nutup (modal) meskipun tidak dinaikan,” jelasnya.
Edi menambahkan, komponen CCTV juga terbagi jadi beberapa bagian, lain dengan alat elektronik, pihak toko CCTV juga biasanya menawarkan jasa pemasangan.
“Harga (CCTV) beragam, ada yang 2 juta, ada 2,5 juta satu paket. Tapi yang biasanya mahal itu bagian hardisk-nya,” katanya.
Hardisk ini ungkap Edi digunakan untuk menyimpan rekaman CCTV dan terdapat pula dalam elektronik lain seperti komputer dan laptop.
“Kalau hardisknya memang mahal, ada kenaikan juga Rp 150.000 - Rp 200.000-an lah. Jadi kalaupun naik (harga CCTV), ya dari hardisk-nya, kan satu paket,” jelasnya.
Ia menambahkan barang-barang CCTV-nya semua diimpor langsung dari perusahaan China. Otomatis dengan menguatkan dolar dan melemahnya rupiah membuat beban ongkos kirim dari China juga bertambah.
“Sebenarnya kalau kata saya kenaikannya tergantung unit barang, semakin mahal misalnya harga di atas 1 juta mungkin naiknya bisa di atas 100 ribu. Tapi kalau di bawah itu harga unitnya, ya kenaikannya juga di bawah (100 ribu) itu atau bisa lebih murah,” jelas Edi.
Meski ada beberapa pemilik toko maupun karyawan toko yang mengakui adanya kenaikan. Ada beberapa pemilik toko juga yang masih tidak mengetahui dampak pelemahan rupiah ini terhadap barang-barang elektronik yang mereka jual.
Baca Juga: Kemenkeu: Barang Kiriman Impor Sudah Meningkat Sejak 2017
Contohnya David (28) pemilik toko komputer dan perlengkapan komputer Citra Queen, mengatakan hingga saat ini harga komputer dan sparepart tidak mengalami lonjakan kenaikan.
“Kalau sampai di kita sih gak ada kenaikan ya. Tapi saya kurang tahu juga kalau misalnya pihak sana (pabrik) misalnya memang ada kenaikan tapi ke kita harga normal, kan bisa jadi,” jelasnya.
Senada juga dengan Rio (33) pemilik toko peralatan elektronik rumah tangga Cocoa Elektronik. Ia mengatakan sebagai pemilik toko biasanya mereka sudah punya stok barang, jadi tidak terlalu terpengaruh dengan melemahnya rupiah akhir-akhir ini.
“Sekarang sih gak ada ya (kenaikan) tapi mungkin elektronik lain ya, kalau ini (peralatan rumah tangga) harganya masih normal,” ungkapnya.
Menanggapi fenomena ini Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Daniel Suhardiman membenarkan bahwa ada kenaikan harga barang elektronik sebagai efek dari melemahnya rupiah.
“Ya hampir semua, karena 60-70% bahan baku dan komponen elektronik masih diimpor,” ungkapnya saat dihubungi Kontan, Senin (23/10).
Meski begitu, Daniel menambahkan kenaikan ini tidak akan berpengaruh besar pada harga elektronik di dalam negeri secara keseluruhan. Ditambah dengan pasar elektronik yang cukup lesu karena berkurangnya daya beli masyarakat.
Baca Juga: Pemerintah Akan Lakukan Pengetatan Impor, Pengusaha Minta Ini
“Saya pikir pelaku usaha masih wait and see, dan tidak akan gegabah langsung menaikkan harga jual dalam kondisi pasar yang cukup lesu,” katanya.
Sayangnya terkait solusi, dari sisi Gabel, Daniel mengatakan asosiasi hanya membicarakan hal-hal terkait regulasi dan kebijakan pemerintah di sektor industri elektronik saja.
Dari sisi produsen, PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) mengakui saat ini kondisi penguatan dollar sudah melebihi dari pagu yang perusahaan sudah tetapkan.
“Dan jika kenaikan ini bertahan sampai bulan depan maka dengan berat hati kita akan merevisi harga,” ungkap National Sales Senior General Manager Sharp Electronics Indonesia Andry Adi Utomo saat dihubungi Kontan, Senin (23/10).
Hal ini mau tak mau harus dilakukan karena persediaan bahan baku banyak yang diimpor dari luar negeri. Kemudian terkait kenaikan, Andry mengatakan kategori produk akan sangat mempengaruhi kenaikan harga.
“Kalau kenaikan akan tergantung pada setiap category product. Tapi kisaran antara 3% sampai 5%,” katanya.
Kenaikan ini juga nantinya tidak hanya dialami oleh konsumen akhir namun juga berlaku ke distributor Sharp.
“Iya (naik) dan besarnya sama,” ungkapnya.
Kemudian terkait solusi, Andry mengatakan pihaknya akan melakukan beberapa strategi pemasaran yang lebih menekankan pada pelayanan konsumen.
“Kita akan melakukan strategi lebih ke pelayanan konsumen seperti layanan purna jual dan promo-promo konsumen,” tutupnya.
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan catatan Kontan, nilai tukar rupiah terus melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, rupiah pasar spot ditutup pada level Rp 15.934 per dolar AS atau turun 0,38% dari posisi akhir pekan kemarin.
Posisi rupiah sentuh level rekor pelemahan terdalam dengan penurunan empat hari berturut-turut.
Pada indeks Jakarta Interbank Spot Dollar (Jisdor), rupiah juga menembus rekor penurunan terdalam. Rupiah berakhir di posisi Rp 15.943 atau turun 0,55% dari posisi sebelumnya sekaligus merupakan pelemahan 7 hari beruntun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News