Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk berupaya melakukan diversifikasi bisnis melalui hilirisasi batubara. Untuk itu, emiten berkode saham PTBA tersebut telah mencanangkan hilirisasi di kawasan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ) Tanjung Enim, pada Maret 2019.
PTBA menggandeng Air Products, perusahaan Amerika Serikat yang bergerak di bidang gasifikasi sebagai investor.
Baca Juga: Indeks LQ45 ganti formasi, ini daftar konstituen terbaru
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, pabrik hilirirasi ini akan mengubah batubara menjadi produk lain dengan teknologi gasifikasi. Teknologi ini akan mengkonversi batubara muda menjadi syngas (synthetic gas) untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG).
Dari proyek tersebut, PTBA nantinya dapat memproduksi 1,4 juta ton DME, 300.000 ton Methanol, dan 250.000 ton MEG.
Saat ini, studi kelayakan proyek hilirisasi batubara PTBA sudah selesai dan masuk ke tahap FEED dan EPC. Pabrik tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada akhir tahun 2023.
DME hasil hilirisasi ini dapat digunakan sebagai bahan baku LPG, sehingga mampu mengurangi impor gas untuk LPG. Lantas, nilai impor gas Indonesia dapat berkurang hingga sekitar US$ 1 miliar per tahun.
Baca Juga: Virus Corona tekan IHSG, cek 20 saham LQ45 dengan PER terendah & tertinggi (31/1)
"Total investasi untuk pengembangan gasifikasi ini adalah US$ 3,2 miliar yang mana Air Products bertindak sebagai investor di bisnis Upstream dan Downstream," ungkap Arviyan dalam keterangan pers di Keterbukaan Informasi BEI, kemarin.
Ia juga menyampaikan, kelangsungan diversifikasi bisnis yang dilakukan oleh PTBA juga dijamin melalui ketersediaan batubara yang melimpah. Saat ini perusahaan memiliki cadangan batubara tertambang sebesar 3,33 miliar ton dan sumber daya sebesar 8,17 miliar ton.
Selain hilirasi, PTBA juga menjalankan proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yaitu PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dan PLTU Feni Halmahera Timur.
PLTU Sumsel 8 memiliki kapasitas sebesar 2x620 megawatt (MW) dan dikelola oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP). Perusahaan ini merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.
Baca Juga: Ini saham-saham yang bisa ditransaksikan secara marjin dan shortsell bulan Februari
Proyek PLTU Sumsel 8 sedang dalam tahap konstruksi yang dimulai sejak Juni 2018 lalu. Konstruksi fisik PLTU tersebut diperkirakan memakan waktu selama 42 bulan untuk Unit I dan 45 bulan untuk Unit II.
"Commercial Operation Date (COD) ditargetkan pada tahun 2021 untuk Unit I dan 2022 untuk Unit II dengan total kebutuhan batubara sebesar 5,4 juta ton per tahun," terang Arviyan.
Baca Juga: Dorong hilirisasi batubara, Kementerian ESDM akan berikan sejumlah insentif
Sementara itu, PLTU Feni Halmahera Timur memiliki kapasitas 2x45 MW. Proyek ini dibangun melalui kerja sama antara PTBA dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebagai bentuk sinergi holding BUMN industri pertambangan.
Saat ini, studi kelayakan untuk proyek tersebut sudah selesai dan akan dilanjutkan dengan pembentukan perusahaan patungan atau joint venture. PLTU tersebut diperkirakan akan membutuhkan pasokan batubara sebesar 330.000 ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News