Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi awal bulan ini membuat PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) terpaksa mengerek tarif angkutan. Hal yang sama langsung dilakukan perusahaan transportasi umumnya.
Andy Porman, Sekretaris Perusahaan Eka Sari Lorena Transport, kepada KONTAN, Kamis (27/11) menceritakan, pihaknya sudah mengerek tarif secara merata untuk setiap trayek sekitar Rp 25.000 atau 10% - 15% awal minggu ini.
Tapi, awal Desember nanti, Lorena sudah memberi tanda segera mengerek tarif untuk kedua kali paska kenaikan BBM. Besaran tarifnya untuk yang kedua ini tergantung dari rute masing-masing.
Namun, ia memprediksi, total kenaikan tarif Lorena ini sama dengan kenaikan harga BBM subsidi. Artinya, tarif Lorena secara total bisa naik sekitar 30%.
Sebetulnya, langkah Lorena mengerek tarif angkutan secara bertahap ini untuk berjaga-jaga supaya jumlah penumpang tidak langsung turun. Maklum, untuk kondisi saat ini saja, jumlah penumpang Lorena sudah merosot. "Kurang dari 25%," katanya.
Alhasil, manajemen Lorena harus berhitung ulang terhadap rencana bisnis yang sudah dipatok pertengahan tahun ini. Dengan terpaksa, manajemen Lorena merevisi rencana bisnis yang sudah disiapkan jelang tutup tahun ini.
Memang ada rencana setelah menambah 50 armada baru di pertengahan tahun ini, perusahaan ini akan tambah jumlah armada lagi. Namun hingga kini belum ada kepastian pasti soal jumlah armada yang bakal ditambah Lorena. "Kami tidak jadi mendatangkan armada baru di akhir tahun ini," katanya tanpa merinci tambahan armada baru.
Menurut Andy, penundaan mendatangkan bus anyar ini sebagai upaya efisiensi kinerja Lorena. Pembelian armada tersebut hanya menjadikan beban karena tidak berfungsi optimal. Soalnya, bila armada banyak namun penumpang tidak ada, maka lebih baik menunda tambah armada.
Belum lagi rencana Lorena yang akan merampingkan rute atau trayek. "Beberapa rute yang sepi penumpang akan kami tutup," kata Andy.
Sayang, ia masih belum mau merinci jumlah rute dan trayek rute yang bakal ditutup. Yang jelas, selama ini, beberapa rute yang masih bisa berjalan lantaran adanya subsidi silang. Rute yang gemuk mensubsidi rute yang kurus.
Sebelumnya Lorena sudah mendatangkan 50 armada bus baru di Juli 2014. Bus inilah yang akan dioptimalkan kinerjanya oleh Lorena sampai akhir tahun.
Apalagi dalam komponen lonjaknya beban operasional tidak hanya dari BBM tapi juga dari biaya suku cadang yang melonjak. "Nah, bus baru yang Juli lalu masih masa bulan madu, tidak butuh pergantian spare part, mengurangi biaya," kata Andy.
Akibat revisi ini, menurut Andy, target bisnis yang dipatok sudah pasti tidak bakal tercapai. "Sudah pasti pendapatan dan laba turun," kata Andy yang belum mau merinci jumlah penurunan dan revisi target Lorena akhir tahun ini.
Yang jelas, kinerja Lorena memang menurun. Lihat saja kinerja per 30 September 2014 yang turun dibandingkan periode tahun lalu.
Meski begitu, pihak Lorena optimistis kinerja tahun depan bakal lebih menderu lagi. Selain akan tetap menambah armada bus, perusahaan ini juga bakal menambah pul armada untuk mengoptimalkan bisnis. "Kami akan tambah satu pul TransJakarta lagi yang sekaligus berfungsi sebagai hub antar kota antar provinsi (AKAP)," katanya.
Kinerja bisnis Lorena
30-Sep-14 | 30-Sep-13 | |
Pendapatan | Rp 103,72 miliar | Rp 120,65 miliar |
Laba | Rp 1,99 miliar | Rp 7,01 miliar |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News