Reporter: Edy Can, Bloomberg | Editor: Edy Can
BANGKOK. Bersiap-siap harga beras naik pada penghujung tahun ini. Diperkirakan harga beras akan reli hingga 22% setelah Thailand sebagai produsen beras terbesar di dunia membeli gabah milik petani di atas harga pasar.
Harga beras untuk jenis B 100% kemungkinan naik menjadi US$ 750 per ton pada 31 Desember mendatang. Ini berdasarkan survei yang dilakukan Bloomberg terhadap tujuh eksportir, pedagang dan penampung beras pekan lalu. Prediksi ini U$ 50 lebih tinggi dari survei yang sebelumnya dilakukan oleh Bloomberg pada bulan lalu.
Berdasarkan Asosiasi Eksportir Beras Thailand, harga beras 100% grade B telah naik 6% ke level US$ 617 per ton pada pekan lalu. Ini merupakan harga tertinggi sejak Desember 2009 silam.
Harga beras jenis tersebut belum pernah melampaui level US$ 750 per ton sejak September 2008. Sementara harga beras kasar di Chicago Board of Trade telah mencapai level US$ 17,34 per 100 pound pada pukul 18.10 waktu setempat. Harga ini telah naik sebesar 21% tahun ini.
Kenaikan harga beras ini terjadi setelah pemerintahan Yingluck Shinawatra berjanji membeli gabah langsung dari petani. Harga yang ditawarkan 43% lebih tinggi di atas harga pasar. Kebijakan Yingluck ini untuk meningkatkan pendapatan petani Thailand.
Kebijakan pemerintah Thailand ini justru dikhawatikan memicu inflasi. "Jika sumber pasokan meningkatkan harga bagi komoditas mereka baik dalam kondisi ada atau tidak adanya suplai maka akan tetap mengerek inflasi," kata analis Standard Chartered Plc. Abah Ofon.
Selain itu, dampak kebijakan pemerintah baru Thailand ini akan mengurangi daya saing eksportir beras mereka. Analis memperkirakan, ekspor beras Negeri Siam ini akan rontok 20% menjadi 8 juta ton pada 2012 mendatang.
Di sisi lain, kebijakan ini akan menguntungkan India. Analis Emmsons International Ltd Rakesh Singh mengatakan, pasar akan mencari beras dari India yang lebih murah. Dia memperkirakan India akan mampu mengekspor hingga 3 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News