Reporter: Nurmayanti, Nadia Citra Surya | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Produsen bubur kertas atau pulp dapat bernapas lega. Sebab, harga pulp di pasar internasional terus melesat. Di Chicago Mercantile Exchange, misalnya.
Menurut catatan Bloomberg, pada Selasa (20/10) lalu harga pulp menembus US$ 789 per ton. Ini lah harga tertinggi pulp sepanjang 2009. Dus, harganya sudah naik 3,8% dibandingkan harga terendahnya tahun ini US$ 637 per ton (19/5).
Para produsen pun yakin harga pulp bakal terus naik US$ 20-US$ 50 per ton per bulan hingga akhir tahun ini. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) M Mansyur, potensi berlanjutnya kenaikan harga bubur kertas hingga akhir 2009 dipicu oleh naiknya permintaan pulp, baik dari pasar ekspor maupun dari pasar dalam negeri.
Sebelumnya, harga pulp memang sempat terpuruk akibat krisis global. Pada semester I 2009 lalu, harga pulp turun 50% dibandingkan dengan periode sama 2008.
Meski lonjakan harga pulp saat ini terbilang cepat, tapi harganya masih lebih rendah dibandingkan dengan harga 2008. Harga pulp sempat mencapai level tertinggi US$ 900 per ton pada Juni 2008.
Produksi Naik Kembali
Lonjakan harga ini membuat Sinar Mas Group, pemilik pabrik pulp dan kertas PT Indah Kiat Pulp and Paper senang. "Ini satu hal yang menggembirakan bagi kami selaku produsen," ujar Yan Partawijaya, Direktur Sinar Mas.
Seiring naiknya kembali harga pulp, Yan menuturkan, Sinar Mas berencana mengembalikan target produksi per tahun ke posisi semula, yakni 2,8 juta ton. Sebelumnya, akibat krisis ekonomi global, Sinar Mas Group telah menurunkan produksinya hingga 20%, yakni dari 2,8 juta ton menjadi 2,24 juta ton.
Yan menambahkan, Sinar Mas Group tidak akan menurunkan volume ekspor pulp meski tren penguatan rupiah menyebabkan ekspor menjadi kurang menarik di lihat dari sisi nilai. "Kondisi saat ini telah kami antisipasi sebelumnya," ujar Yan.
Penguatan rupiah, imbuh Yan, tidak akan menjadi kendala ekspor selama penguatan rupiah terhadap dollar AS secara nilai tidak terlalu drastis. Saat ini nilai tukar rupiah sekitar US$ 9.500 per AS dolar, menguat dari sebelumnya Rp 10.000 per dollar AS.
Komposisi ekspor Sinar Mas mencapai 70% dari produksi. Tujuan ekspornya antara lain Jepang, China, Timur Tengah, dan Australia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News