kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.378   -34,00   -0,21%
  • IDX 7.504   -11,44   -0,15%
  • KOMPAS100 1.056   -4,21   -0,40%
  • LQ45 790   -6,62   -0,83%
  • ISSI 254   0,41   0,16%
  • IDX30 411   -3,85   -0,93%
  • IDXHIDIV20 469   -4,76   -1,00%
  • IDX80 119   -0,61   -0,51%
  • IDXV30 123   -0,93   -0,75%
  • IDXQ30 131   -1,44   -1,08%

Pemerintah Siapkan Insentif Khusus bagi Pabrikan Mobil Listrik Berbaterai Nikel


Kamis, 07 Agustus 2025 / 05:25 WIB
Pemerintah Siapkan Insentif Khusus bagi Pabrikan Mobil Listrik Berbaterai Nikel
ILUSTRASI. Saat ini baterai EV yang banyak digunakan di Indonesia adalah yang berbasis lithium atau Lithium Iron Phosphate (LFP)


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna mencapai target menjadi salah satu negara yang memiliki ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vechile (EV) dengan desain grand package di dunia, pemerintah tengah mendorong insentif pabrikan EV berbasis nikel di dalam negeri.

Menurut Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, ini dilatarbelakangi oleh cadangan nikel Indonesia yang dapat menjadi basis baterai EV jenis Nickel Manganese Cobalt (NMC).

"Pelan-pelan kita juga mendorong regulasi untuk yang pabrik-pabrik EV Indonesia sekarang yang produsen mobilnya supaya beralih dari lithium ke nickel based,” kata pria yang akrab dipanggil Tiko itu usai agenda International Battery Summit 2025, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Baca Juga: Antam Cetak Rekor Penjualan Emas dan Nikel Tertinggi Sepanjang Sejarah di Kuartal II

Asal tahu saja, saat ini baterai EV yang banyak digunakan di Indonesia adalah yang berbasis lithium atau Lithium Iron Phosphate (LFP), didukung oleh maraknya industri otomotif China yang menggunakan baterai jenis ini.

Untuk meningkatkan penggunaan bateran NMC, Tiko bilang intervensi pemerintah dari sisi regulasi dan insentif dapat menarik investasi lebih banyak pada penggunaan baterai berbasis nikel ini di dalam negeri.

“Kita ingin dukungan dari kementerian-kementerian lain agar ada insentif buat beralih ke nickel based baterai juga di Indonesia,” tuturnya.

Dalam pemaparannya, Tiko menjelaskan beberapa kebijakan dan dukungan tertentu terhadap hilirisasi nikel:

1. Tax Holiday atau Libur Pajak

Pemerintah akan melakukan pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebesar 100% (0% PPh Badan) dari 5 tahun hingga 20 tahun.

Dengan investasi minimum Rp 500 miliar atau kurang lebih US$ 35 juta, perusahaan dapat menikmati libur pajak 5 tahun dengan masa transisi 2 tahun dan diskon pajak 50%.

Perusahaan dapat menikmati Libur Pajak 5 tahun dengan masa transisi 2 tahun dan diskon pajak 50%.

2. Tunjangan Pajak atau Tax Allowance

Pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebesar 30%, dihitung berdasarkan nilai investasi, dibagi 6 tahun (manfaat 5% setiap tahun).

Baca Juga: Produksi dan Penjualan Melesat, Kinerja Emiten Nikel Melejit

3. Fasilitas Bea Masuk Mesin dan Bahan Baku 

Pembebasan bea masuk bahan baku produksi di Indonesia selama 2 tahun.

Fasilitas dapat diperpanjang dari 2 tahun menjadi 4 tahun jika menggunakan 30% mesin lokal.

Sebelumnya, dalam catatan Kontan, untuk meningkatkan program hilirisasi ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap dirinya sendiri yang akan memberikan fasilitas kepada pihak yang bergabung dalam proses hilirisasi mineral-mineral di Indonesia, termasuk nikel.

"Saya berjanji, kalau ada pihak yang mau membangun ekosistem baterai mobil di Indonesia, saya sendiri yang akan mengurusnya tanpa membeda-bedakan negara manapun,” kata Bahlil.

Selanjutnya: Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) Fokus di Kawasan Industri MM2100

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Hari Ini Kamis 7 Agustus 2025: Keuangan dan Karier Aries Hoki

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×