Reporter: Handoyo | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Harga daging sapi di pasar domestik diperkirakan bakal tetap tinggi hingga Agustus mendatang. Harga akan turun setelah bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri berlangsung. Rencana pemerintah membuka keran impor daging sapi lebih besar terutama untuk daging premium hanya akan menurunkan harga sesaat.
Prediksi itu diungkapkan Asnawi, Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI). Asnawi malah memperkirakan harga daging bisa melambung hingga lebih tinggi dari harga pada saat ini. Ia bilang, harga akan melonjak hingga Rp 120.000 per kilogram (kg) di tingkat eceran jika pemerintah tidak segera melakukan intervensi.
Asnawi menuding, harga daging sapi yang tinggi di Jabodetabek karena ada unsur kesengajaan. "Ada indikasi harga daging ini sengaja dikondisikan mendekati Ramadhan," katanya. Importir dan pengusaha daging sapi sengaja menahan barang hingga harga tetap tinggi.
Tudingan itu didasarkan pada harga sapi domestik yang bertolak belakang dengan harga jual di Australia. Menurut Asnawi, harga sapi hidup di Australia pada pertengahan bulan ini di bawah US$ 3 per kg berat hidup.
Dengan penurunan harga jual di Australia itu, maka seharusnya harga sapi bakalan impor sampai di Indonesia mencapai Rp 30.000-Rp 31.000 per kg berat hidup. Sehingga harga daging sapi ditingkat eceran dapat ditekan hingga di bawah Rp 90.000 per kg.
Namun menurut catatan APDI, sejak Jumat pekan lalu harga jual sapi di dalam negeri malah meningkat dari Rp 35.000 menjadi Rp 37.000 per kg berat hidup. Sementara harga daging karkas di tingkat penjagalan juga naik dari Rp 72.000 per kg menjadi Rp 74.000 per kg. Sehingga harga daging sapi di tingkat eceran pada awal pekan ini rata-rata Rp 95.000 per kg.
Apalagi saat ini suplai sapi potong di Jabodetabek sekitar 70% berasal dari perusahaan penggemukan atau feedloter. Dayan Antoni, Koordinator Dewan Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) membantah tudingan itu.
Dayan yang saat ini juga menjabat Head of Government Relation and Business Development PT Santosa Agrindo (Santori) ini mengatakan, tingginya harga daging sapi ditingkat eceran karena stok yang terbatas. "Kalau ada stok kita tidak mungkin dapat tahan terlalu lama maksimal lima sampai enam bulan harus dilepas," katanya.
Terbatasnya stok terlihat dari utilisasi kandang penggemukan milik perusahaan feedloter yang rata-rata hanya terisi sekitar 40% dari kapasitas terpasang. Kapasitas yang minim, menurut Dayan karena dipangkasnya kuota impor sapi bakalan mulai 2010.
Para pengusaha juga kewalahan untuk mendapatkan sapi bakalan lokal karena petani enggan melepas sapi-sapi miliknya sehingga harga sapi lokal cenderung lebih tinggi dari sapi bakalan impor.
Saat ini harga sapi hidup impor lebih murah Rp 3.000 per kg dibandingkan sapi lokal. Dayan bilang, harga sapi bakalan lokal di Jawa Timur saat ini di kisaran Rp 34.000-Rp 35.000 per kg berat hidup. Padahal untuk dikirim ke Jabodetabek, berat sapi akan susut. Selain itu pengusaha juga harus menambah biaya lain seperti transportasi.
Sebelumnya pemerintah telah memutuskan untuk menambah impor daging sapi beku terutama jenis premium atau prime cut untuk menurunkan harga. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengakui harga daging sapi dipasaran masih cukup tinggi rata-rata Rp 91.000 per kg.
Daging premium khusus untuk industri terutama hotel dan restoran. "Kami memutuskan untuk berusaha keras menurunkan hingga Rp 76.000 per kg," katanya, Rabu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News