kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mentan mengeluh rumitnya transportasi daging lokal


Rabu, 17 April 2013 / 12:23 WIB
Mentan mengeluh rumitnya transportasi daging lokal
ILUSTRASI. Ayam Gulai McD hadir kembali di McDonalds se-Indonesia (dok/McDonalds Indonesia)


Reporter: Fahriyadi | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kurangnya pasokan daging sapi membuat harga komoditas ini melambung tinggi. Kendati terus menggenjot pengadaan daging dalam negeri, namun pemerintah mengaku kesulitan untuk proses distribusi dan transportasi dari dalam negeri.

Alhasil, kerumitan distribusi dan transportasi inilah yang dijadikan alasan Menteri Pertanian, Suswono untuk melakukan impor daging. "Sebagai contoh, jika mengangkut ternak dari Provinsi NTB dan NTT butuh kesiapan kapal yang baik, tapi keadaan di lapangan tidak bisa lancar seperti yang kita harapkan," ujar Suswono, Rabu (17/4).

Bukan cuma kapal, Suswono bilang, moda transportasi kereta api sebagai pilihan untuk membawa sapi juga sulit dilakukan karena biayanya tidaklah murah. Menurut kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, mengangkut dengan truk jauh lebih murah ketimbang dengan memakai kereta api.

"Untuk mengangkut daging lewat kereta api butuh transportasi tambahan dari dan menuju stasiun terdekat, dan itu butuh biaya lagi," ujarnya. Suswono mengklaim, bahwa dengan menggunakan truk, daging bisa langsung dibawa ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sampai ke pasar.

Menurut Suswono, masalah distribusi dan transportasi inilah yang menjadi kendala utama memasok daging ke Jakarta, Banten dan Jawa Barat, sebagai wilayah konsumen daging terbesar. Lebih jauh, ia mengatakan, jikalau pengadaan dalam negeri kurang, maka mau tidak mau keran impor dibuka.

"Sekali lagi saya tegaskan tak ada masalah jika harus impor, asalkan memang kurang," ujarnya. Ia menilai, dengan harga daging saat ini, peternak sangat diuntungkan. Tapi, pada sisi lain, harga terlalu tinggi untuk jangkauan pasar tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×