kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.568.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.190   15,00   0,09%
  • IDX 7.089   24,28   0,34%
  • KOMPAS100 1.050   2,99   0,29%
  • LQ45 820   -0,96   -0,12%
  • ISSI 212   2,00   0,95%
  • IDX30 421   -0,80   -0,19%
  • IDXHIDIV20 504   -0,45   -0,09%
  • IDX80 120   0,40   0,33%
  • IDXV30 124   0,56   0,46%
  • IDXQ30 139   -0,48   -0,34%

Harga kedelai lokal jatuh, impor harus dikurangi


Senin, 26 Oktober 2015 / 15:45 WIB
Harga kedelai lokal jatuh, impor harus dikurangi


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Upaya pemerintah menuju swasembada kedelai pada 2017 tampaknya masih jauh panggang dari api. Sampai saat ini, pemerintah masih setengah hati untuk mendorong peningkatan produksi kedelai lokal.

Justru yang terjadi, kedelai impor merajalela menguasai pasar dalam negeri karena tidak dikendalikan, salah satunya dengan Bea Masuk (BM) 0%.

Kementerian Pertanian (Kemtan) mengklaim sebagai pihak yang berjuang sendirian dalam program swasembada kedelai ini. Pasalnya, usulan dari Kemtan agar adanya pengendalian impor kedelai dengan penerapan BM 10% tak direspon.

Padahal, saat ini harga kedelai lokal di bawah biaya produksi. Berdasarkan survei Kemtan biaya produksi kedelai sebesar Rp 6.000 - Rp 6.500 per kilogram (kg). Namun harga kedelai lokal ditingkat petani saat ini Rp 4.000 - Rp 5.000 per kg di Sumatera Utara, Banda Aceh dan Sulawesi Selatan.

"Di Pulau Jawa harganya masih numayan, ada yang dibeli dengan harga Rp 6.000 per kg," ujar Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kemtan Maman Suherman, Senin (26/10).

Maman menjelaskan, pihaknya telah mengusulkan penetapan tarif BM impor kedelai minimal 10% kepada Kementerian Koordinator Perekonomian, tapi sampai saat ini belum direspon.

Selain itu, Kemtan juga meminta agar ditetapkannya penerapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) kedelai sebesar Rp 8.500 per kg dengan asumsi petani mendapatkan keuntungan 30% dari biaya produksi sekitar Rp 6.000 - Rp 6.500 per kg. "Sudah enam bulan kita usulkan sampai sekarang belum ada kemajuannya," sesal Maman.

Selain itu, maman juga mengatakan belum ada jaminan ada pasar yang mau membeli kedelai lokal dengan harga Rp 8.500 per kg. Demikian juga Bulog belum memiliki jaminan pasar hendak menjual ke mana kedelai pasca diserap dari petani. Sebab banyaknya volume impor kedelai membuat pasar lebih memilih kedelai impor.

"Jadi ke depan kita usulkan agar dibuat regulasi yang memungkinkan penyerapan Bulog bisa beriringan dengan program peningkatan produksi kedelai di sektor hilir," imbuh Maman.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kemtan Hasil Sembiring menambahkan sebenarnya Indonesia sempat swasembada kedelai pada tahun 1992 dengan tingkat produksi hampir 2 juta ton setahun.

Namun sayang kondisi tersebut tidak bertahan lama dan terus menurun hingga saat ini tingkat produksi kedelai lokal tinggal 640.000 ton setahun. Ia menilai hal ini terjadi karena pemerintah tidak mengontrol kedelai impor sehingga mematikan kedelai lokal.

Bahkan, lanjut Hasil, saat ini kendati Kementerian Perdagangan (Kemdag) telah menetapkan harga beli petani sebesar Rp 7.700 per kg, toh tetap saja tidak ada yang membelinya.

Karena itu, Kemtan mendorong adanya kerjasama kementerian untuk mendorong lahirnya HPP kedelai selain juga tetap mengendalikan membanjirnya impor kedelai. Sebagai perbandingan harga kedelai impor sekitar Rp 6.700 per - Rp 7.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×