Reporter: Amailia Putri Hasniawati , Aprillia Ika |
JAKARTA. Media cetak, industri penerbitan buku, dan industri percetakan tentu akan terpukul oleh kenaikan harga kertas. Pasalnya, 20%-60% dari total biaya produksi industri tersebut ditentukan oleh harga kertas.
Sekadar mengingatkan, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan, sampai 2011 mendatang, harga kertas akan berada di kisaran US$ 760-US$ 770 per metrik ton.
Nah, bagi industri media cetak, yang akan terkena dampak paling besar adalah industri media cetak yang menggunakan kertas glossy. Sebab, harganya lebih mahal ketimbang kertas koran. Biasanya, kertas glossy digunakan untuk mencetak majalah.
"Dari ketiga industri, yang terkena dampak paling besar adalah industri buku karena harganya akan semakin tidak terjangkau masyarakat," kata pengamat INDEF Bustanul Arifin.
Direktur Utama Galang Press, Julius Felicianus menjelaskan, jika harga kertas naik, komponen biaya lain dalam industri buku juga akan meningkat. Misalnya harga tinta, pajak penerbitan, dan sebagainya. Padahal, porsi biaya kertas dalam biaya produksi buku sendiri sudah mencapai 20% . Parahnya lagi, tarif dasar listrik (TDL) juga bakal naik. "Akibatnya, harga buku bakal naik sampai 30%," ujar Julius.
Agar selamat, Julius bilang, pihaknya sudah mengeluarkan beberapa strategi. Antara lain memperkecil ukuran buku dan jumlah halaman, serta memperbanyak jumlah judul yang terbit.
Selain itu, Galang Press juga sedang bersiap bermigrasi ke e-book. Tapi, konsekuensinya, akan ada pengurangan tenaga kerja di bagian percetakan dan distribusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News