Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Harga minyak atsiri mulai menggiurkan eksportir. Pasalnya, harga tahun ini sudah mengalami kenaikan 100% dibandingkan harga yang terjadi di tahun lalu. Kenaikan ini didorong karena terbatasnya produksi yang disebabkan oleh tidak menentunya cuaca.
”Untuk minyak pala naik dari US$ 26-30 per kg menjadi US$ 60 per kg,” kata Toga Raja Manurung, Ketua Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia di Jakarta, kemarin (9/3). Manurung bilang, kenaikan juga terjadi pda minyak sereh dari US$ 4,5 per kg naik menjadi US$ 10 per kg.
Produksi minyak atsiri Indonesia ini merupakan yang terbesar di dunia, menurut Manurung, ekspor terbesar minyak atsiri dari Indonesia mencapai nilai 100 juta pertahun dan memiliki potensi lebih besar lagi yakni US$ 500 juta pertahun. ”Apalagi jika ada industri turunannya maka ekspor kita bisa naik dua kalilipat,” katanya.
Sayang, Indonesia belum optimal mengolah minyak atsiri tersebut, sehingga bahan bakunya itu di ekspor ke berbagai negara diantarany Amerika Serikat dan Eropa sebagai pasar yang terbesar. Selain di hilir, di sektor hulu juga masih belum optimal, Manurung bilang salah satu potensi minyak atsiri yang belum terjamah menurut Manurung adalah minyak dari daun kemangi.
Sementara itu jenis minyak atsiri lainnya yang terfavorit adalah minyak nilam yang harganya sekarang US$ 40 per kg. Indonesia setidaknya menguasai sekitar 75% pasar minyak atsiri dunia dan pasar minyak cengkeh berlahan menurun dan sudah di dominasi oleh China. Kondisi pangsa pasar itu terancam menurun karena adanya naiknya produksi negara produsen lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News