Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen kimia (chemical) dan polyster, PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) mengaku, tantangan bisnis di tahun ini cukup berat mengingat harga minyak mentah dunia telah melambung. Akibatnya, perusahaan ini sampai menghentikan sementara pabrik polyster di Karawang, Jawa Barat.
Kenaikan harga minyak dunia telah berlangsung sejak awal tahun ini. Mengutip Bloomberg, hari ini (27/6), harga minyak jenis WTI telah menyentuh level US$ 107,90 per barel sedangkan minyak Brent berada di level US$ 113,78 per barel.
Dalam berita sebelumnya, ADMG sempat menghentikan produksi pabrik polyster di Karawang pada akhir Maret silam.
Yendrizal, Corporate Secretary Polychem Indonesia mengkonfirmasi, sampai saat ini pihaknya masih menonaktifkan pabrik polyster dan belum memberi kepastian kapan pabrik tersebut akan beroperasi kembali. “Sampai sekarang pabrik di Karawang belum jalan. Kami masih lihat perkembangan kondisi pasar dahulu,” ujar dia dalam paparan publik, Senin (27/6).
Baca Juga: Ini Alasan Polychem Indonesia (ADMG) Hentikan Sementara Pabrik Polyester di Karawang
Bisnis ADMG memang sangat dipengaruhi oleh dinamika harga minyak mentah global. Kenaikan harga minyak tersebut tak lepas dari akumulasi efek konflik Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19. Keberadaan pandemi pula yang membuat permintaan di sektor hulu kimia dan polyster cenderung turun.
Mengutip situs resminya, kapasitas produksi polyster yang dimiliki ADMG adalah sebesar 129.600 ton per tahun yang terdiri dari 108.000 ton per tahun untuk polimer dan 21.600 ton per tahun untuk DTY. Polyter sendiri merupakan salah satu bahan baku pembuatan produk-produk tekstil.
Penghentian produksi pabrik polyster tentu membuat ADMG tidak memperoleh penjualan dari sektor tersebut. Di kuartal I-2022 saja, operasional pabrik tersebut tampak sudah mulai berkurang. Ini terbukti dari hasil penjualan polyster ADMG di pasar lokal merosot 78% (yoy) menjadi US$ 2,25 juta. Perusahaan ini bahkan tidak mencatatkan penjualan polyster untuk pasar ekspor pada tiga bulan pertama tahun 2022.
Yendrizal menambahkan, ketika harga minyak dunia naik, ADMG tidak bisa secara paralel ikut menaikkan harga jual produk-produknya kepada pelanggan. Untuk saat ini, langkah antisipasi yang ditempuh ADMG adalah memprioritaskan penjualan produk-produk yang memiliki margin laba yang lebih baik.
“Kami harap ke depannya harga energi bisa kembali normal,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News