Reporter: Vina Anggita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satu bulan jelang Ramadan, harga telur ayam cenderung turun karena rendahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini membuat peternak merugi karena melimpahnya pasokan telur ayam yang tidak terjual.
Tak hanya dihantui oleh harga telur yang turun, peternak juga harus menanggung rugi akibat kenaikan harga pakan ayam di saat bersamaan.
Berdasarkan data dari Asosiasi Peternak Layer Nasional, pakan ayam berkontribusi sebesar 68,7% dari Harga Pokok Penjualan (HPP) telur ayam yang dipatok di level Rp 19.500 per kilogram (kg).
Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Musbar Mesdi menjelaskan, kenaikan harga pakan ayam utamanya disebabkan oleh melonjaknya harga bahan baku pakan ternak seperti jagung lokal, bungkil kedelai (SBM) dan tepung daging tulang (MBM).
Dia menilai, apabila harga telur ayam tidak kunjung membaik, dia memprediksi akan ada lonjakan produksi afkir ayam di akhir Maret nanti.
Baca Juga: Ini penyebab harga telur malah anjlok jelang bulan puasa
“Apabila harga telur tidak kunjung naik hingga akhir bulan Maret 2021, maka peternak kelas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terpaksa mengafkir indukan produktifnya, dan untuk peternak kelas menengah atas, mereka akan afkir sebagian,” jelas Musbar kepada Kontan.co.id, Minggu (14/3).
Lonjakan produksi afkir diprediksi akan terjadi, dengan menipisnya jumlah ayam betina produktif di awal April atau ketika sudah mulai memasuki bulan Ramadan. Hal ini, dapat membuat harga telur ayam melonjak naik karena langkanya pasokan telur yang tersedia.
“Bisa-bisa saat masuk Ramadan harga telur akan melonjak. Di sini bahan pokok penting (bapokting) komoditas telur terjadi inflasi, karena dalam dua bulan terakhir terjadi deflasi untuk komoditi telur,” terang Musbar.
Selanjutnya: BPS: Impor Februari 2021 sebesar US$ 13,26 miliar, naik 14,86% dari tahun lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News