kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga rata-rata telur telah naik 9%


Rabu, 13 Juli 2011 / 17:29 WIB
Harga rata-rata telur telah naik 9%
ILUSTRASI. Foto udara aktivitas bongkar muat batubara di kawasan pier 1 Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda.? ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah


Reporter: Bernadette Christina | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga rata-rata telur ayam di dalam negeri telah menembus harga Rp 18.000 per kg selama 5 hari berturut-turut. Data Kementerian perdagangan mencatat bahwa harga tertinggi sepanjang tahun terjadi pada Jumat pekan lalu dengan harga Rp 18.300 per kg.

Rata-rata harga telur pada Juli 2011 ini sudah sebesar Rp 17.950 atau naik 8,99% dari rata-rata harga Juni 2011 yang berada di tingkat harga Rp 16.469. Sementara itu dibandingkan awal tahun harga ini naik 9,46% dari rata-rata harga telur pada Januari Rp 16.398.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan, sejak pekan ke dua Juni 2011, harga telur terus merangkak naik. Ngadiran mencatat, kenaikan harga telur sejak pertengahan Juni sudah mencapai Rp 5.000 per kg, dari kisaran Rp 13.000 per kg atau Rp 14.000 per kg dan sekarang menembus Rp 18.000 per kg.

Ketua Umum Asosiasi Peternak Unggas Se-Indonesia (Pinsar) Hartono mengatakan, kenaikan harga telur ini dipicu oleh kenaikan biaya produksi hingga 23%. Kenaikan ini terutama dipicu oleh harga pakan ayam yang melonjak 25%. Kenaikan bahan pakan ayam menurutnya sudah terjadi sejak November 2010.

"Harga jagung yang biasanya Rp 2.000 per kg menjadi di atas Rp 3.000 per kg, selain itu dedak yang biasanya sekitar Rp 1000 per kg naik menjadi Rp 2.400 per kg," kata Hartono, Rabu(13/7).

Hartono mengatakan dengan kenaikan harga pakan ini, harga telur di sentra produksi berkisar Rp 14.500 per kg hingga Rp 15.500 per kg. Sementara biasanya harga telur di sentra produksi berkisar Rp 12.000 per kg hingga Rp 13.000 per kg. Harga di tingkat pasar bertambah 15% dari harga di sentra dengan memperhitungkan ongkos kirim, penyusutan dan keuntungan pengecer.

Hartono mengatakan tingkat kenaikan ini masih dalam tingkat yang wajar mengingat kenaikan biaya produksi mencapai 23%. Hartono mengatakan dengan tingkat harga seperti ini, peternak ayam bisa menikmati untung Rp 2.000 per kg.

Dia mengatakan saat ini pasokan telur masih mencukupi dengan rata-rata pasokan nasional 4.000 ton per hari. Saat ini kebutuhan telur nasional rata-rata 120.000 ton per bulan.

Ngadiran punya alasan lain untuk kenaikan harga ini, pasokan telur kurang. Informasi yang didapat Ngadiran mengatakan produksi telur di beberapa tempat merosot akibat banyak ayam yang terserang penyakit. Soalnya, cuaca yang tak menentu membuat daya tahan tubuh ayam melemah.

"Ada pedagang yang biasanya sehari bisa habis(menjual) 4 peti sampai 5 peti, sekarang cuma dapat pasokan 3 peti. Jadi penurunan pasokannya 15%-18%," kata Ngadiran.

Ia sendiri mengaku khawatir harga bisa naik lebih tinggi lagi. Soalnya, memasuki bulan puasa dan Lebaran, permintaan biasanya naik 20%, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk produksi kue kering dan kue basah. Apalagi, telur menjadi sumber protein paling murah yang bisa dijangkau masyarakat yang tak mampu membeli daging.

Hartono mengatakan keterbatasan pasokan memang mungkin terjadi, tetapi karena kendala distribusi. Dengan kenaikan permintaan yang dicatat Pinsar 5%-15%, ia yakin produsen telur bisa memenuhi kebutuhan asalkan ada koordinasi yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×