kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Harga sosis dan nugget bisa naik 17,5% di 2013


Kamis, 10 Januari 2013 / 09:09 WIB
Harga sosis dan nugget bisa naik 17,5% di 2013
ILUSTRASI. Simak kurs dollar-rupiah di Bank Mandiri hari ini, Jumat 17 September 2021./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/07/2021.


Reporter: Sandy Baskoro, Handoyo | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Harga jual makanan olahan berbahan baku daging, seperti sosis dan nugget, bakal menanjak pada tahun ini. Faktor pemicunya antara lain terbatasnya pasokan bahan baku, kenaikan upah minimum buruh, dan kenaikan tarif dasar listrik.

Kebutuhan bahan baku menyumbang paling besar biaya produksi makanan olahan berbasis daging sapi dan daging ayam. "Biaya bahan baku bisa
50% dari total beban produksi," ungkap Ishana Mahisa, Ketua National Meat Processor Association (Nampa) kepada KONTAN, Selasa (8/1).

Nampa memproyeksikan harga jual produk makanan olahan berbasis daging sapi dan daging ayam naik hingga 17,5% di tahun ini. Saat ini, harga makanan olahan berbasis daging sapi seperti sosis senilai Rp 25.000 per kilogram (kg) untuk kualitas rendah. Adapun harga sosis kualitas medium berkisar Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per kg, dan harga sosis kualitas premium di atas Rp 50.000 per kg.

Selain ketersediaan bahan baku, kenaikan upah minimum dan tarif dasar listrik juga jadi pendorong kenaikan harga.

Demi menyiasati kesulitan memperoleh bahan baku daging sapi, para produsen melakukan substitusi ke bahan baku alternatif seperti ayam. Biasaya produsen makanan olahan berbasis daging memiliki dua jenis variasi usaha, yakni olahan daging ayam dan olahan daging sapi. "Semua tergantung fokus usahanya, daging mana yang diprioritaskan," kata Ishana.

Anggota Nampa hingga kini sebanyak 29 perusahaan. Dari jumlah, lebih dari separuhnya mengutamakan produk berbahan daging ayam. Yang menggembirakan, dari 32.000 ton alokasi daging beku impor untuk 2013 ini, seberat 14.500 ton menjadi jatah anggota Nampa. Tahun lalu pemerintah tidak mengalokasikan bagi Nampa.

Selain itu, meski harga naik, para produsen optimistis sektor produksi makanan olahan tetap bertumbuh di tahun ini.

Eko Sandjojo, Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk, memprediksi, harga produk daging olahan tumbuh tak lebih dari 10% pada tahun ini. "Kenaikan ini juga mempertimbangkan persaingan bisnis," kata Eko.

Sierad juga akan menempuh salah satu strategi, yakni menjual produk makanan olahan dengan ukuran lebih beragam. Bila saat ini rata-rata produk Sierad berukuran 1 kg, nanti akan dibuat ukuran lebih kecil, yakni 0,25 kg.

Bukan hanya produsen besar, para pengusaha makanan olahan kelas UKM juga bersiap mengerek harga jual produknya. Diana Dewi, Sekjen Asosiasi Pengusaha Pengolahan Daging Skala UKM dan Rumah Tangga (Aspedata), menyatakan, harga jual produk makanan olahan bisa naik rata-rata 10% di tahun ini.

Aspedata menaungi 46 perusahaan, yang menjual produk makanan olahan seperti bakso, sosis, dan kebab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×