kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga TBS petani kelapa sawit jatuh tersengat penurunan harga CPO global


Kamis, 20 Juni 2019 / 20:37 WIB
Harga TBS petani kelapa sawit jatuh tersengat penurunan harga CPO global


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) menyatakan harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah global yang terus mengalami penurunan saat ini turut berdampak pada harga pembelian Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani. 

Manager Organisasi dan Keanggotaan SPKS Sabarudin mengatakan, harga CPO menjadi salah satu komponen penentuan harga TBS seperti yang tertera dalam Permentan nomor 1 tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun.

"Memang perkembangannya dari Mei ke Juni ada penurunan, mungkin imbas dari penurunan harga CPO," tutur Sabarudin kepada Kontan.co.id, Kamis (20/6).

Dia menyebutkan, penurunan harga TBS terjadi hampir di seluruh wilayah produsen sawit seperti Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Seperti di provinsi Riau, harga TBS dari pohon yang berumur 3 tahun, harga di bulan Mei sebesar Rp 1.045 per kg, harga ini menurun menjadi Rp 1.028 per kg di bulan Juni. Sementara, harga TBS dari pohon berusia 10 hingga 20 tahun sekitar Rp 1.400 per kg di bulan Mei, menurun menjadi Rp 1.390 per kg di Juni.

Sabarudin mengatakan, memang penurunan harga tersebut tak terlalu besar, akan tetapi dampaknya akan cukup terasa kepada petani. "Untuk petani mandiri biasanya produksinya dalam satu bulan itu sebesar 1,3 ton untuk lahan 1 hektar, nah kan ada petani yang lahannya 2 - 4 hektar. Jadi efeknya besar," tutur Sabarudin.

Dia menambahkan, harga TBS yang berkisar Rp 1.200 hingga Rp 1.400 per kg sudah cukup baik di tingkat petani. Akan tetapi, menurut Sabarudin masih ada petani yang mendapatkan harga yang lebih rendah dari harga yang sudah ditetapkan.

"Misalnya di Riau masih ada yang mendapatkan Rp 700 - Rp 900 per kg. Ini karena mereka menjual dulu ke tengkulak," terangnya.

Bila harga CPO terus mengalami penurunan, Sabarudin mengatakan harga di tingkat petani pun akan turut menurun. Bila hal tersebut terjadi dikhawatirkan petani tidak akan melakukan perawatan kebun secara maksimal. Padahal, sebaiknya pengelolaan kebun sawit diharapkan bisa dilakukan dengan baik dan mengikuti praktik yang ada.

Melihat harga CPO yang terus menurun, SPKS pun berharap pemerintah tidak mengenakan pungutan CPO kembali. "Kalau diberlakukan lagi maka akan memengaruhi harga CPO dan akan berdampak ke petani," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×