kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,45   0,83%
  • KOMPAS100 1.107   11,93   1,09%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   1,25   0,57%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,59   1,05%
  • IDX80 127   1,36   1,08%
  • IDXV30 135   0,76   0,57%
  • IDXQ30 149   1,76   1,20%

Harga telur ayam naik hingga Rp 19.000 per kg


Senin, 10 Juli 2017 / 15:37 WIB
Harga telur ayam naik hingga Rp 19.000 per kg


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Setelah sempat mengalami penurunan harga sejak awal Juni 2017 lalu, harga telur ayam mulai mengalami kenaikan pasca lebaran.
Koordinator Forum Peternak Layer Nasional (PLN), Ki Musbar mengungkap, harga telur ayam di wilayah Blitar saat ini sudah mencapai Rp 18.000 per kilogram, sementara di wilayah Jabodetabek, harga telur ayam sebesar Rp 19.000 per kilogram.

Asal tahu saja, beberapa minggu lalu, harga telur ayam dalam tren menurun hingga mencapai Rp 4.000 dari harga acuan yang berkisar Rp 18.000 . "Waktu harga telur ayam turun sempat menyentuh Rp 14.000 hingga Rp 16.000. Padahal harga jagung sebesar Rp 45.000 hingga Rp 47.000," tutur Ki Musbar kepada KONTAN, Senin (10/07).

Ki Musbar bilang, penurunan harga telur ayam ini diakibatkan adanya oversupply dalam produksi ayam boiler dan di tingkat layer. Selain itu, daya beli mastarakat pun menurun. Karena penurunan tersebut, peternak kemudian melakukan pengurangan populasi ayam petelur (afkir), yang akhirnya menunjang peningkatan harga telur ayam.

Meski sudah tejadi kenaikan harga, namun Sigit Prabowo, Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) mengungkap, kenaikan tersebut harus terus dipantau selama 1 minggu. Dia mengkhawatirkan, kenaikan tersebut hanyalah bersifat semu karena terdapat beberapa pihak yang menahan stok yang dimiliki. Terlebih, menurutnya masih banyak peternak yang belum menerapkan afkir dini.

"Coba kita lihat dalam waktu 1 minggu ini. Kalau semu berarti ada yang nahan tidak mengeluarkan stocknya. Begitu kelihatan harga naik, mereka keluarkan lagi, harganya turun lagi," ungkap Sigit kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×