kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.294.000   -9.000   -0,39%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

BBM Campur Etanol 10%, Ini Respon Toyota Indonesia


Jumat, 10 Oktober 2025 / 21:23 WIB
BBM Campur Etanol 10%, Ini Respon Toyota Indonesia
ILUSTRASI. BBM Campur Etanol 10%, Ini Respon Toyota Indonesia


Reporter: Adi Wikanto, Sabrina Rhamadanty | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Pemerintah akan mewajibkan campuran etanol 10% (E10) pada bahan bakar minyak (BBM). Toyota Indonesia mendukung rencana tersebut karena berdampak baik untuk banyak hal.

Mobil buatan Toyota saat ini dipastikan tidak masalah dengan campuran etanol 10%  pada BBM. Pasalnya, BBM E10 sudah masif digunakan di luar negeri seperti Brasil dan Amerika Serikat.

Diberitakan Kompas.com, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menilai wacana BBM E10 bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Bob, saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, mengatakan regulasi itu nantinya bisa memberikan dampak positif khususnya bagi petani bahan baku campuran tersebut, seperti tebu dan singkong.

“(Petani) Tebu, jagung, cassava, sorghum. Itu kalau bisa berkembang baik, itu bisa menjadi pilar kedua pertumbuhan ekonomi kita setelah sawit. Jadi ada multiplier effect-nya,” katanya dilansir dari Antara, Kamis (9/10/2025).

Baca Juga: Pre-Order iPhone 17 Dimulai Dini Hari Nanti (10/10) Jam 00.01 WIB, Ini Link & Harga

Lebih lanjut, Bob mengatakan, petani memang menjadi bagian yang sangat terdampak jika kebijakan ini benar-benar serius diimplementasikan. Dengan meningkatnya permintaan (demand) etanol dari bahan baku utama Indonesia seperti tebu hingga jagung, maka petani diharapkan bisa mendapatkan pendapatan yang meningkat pula.

“Karena etanolnya itu dari petani. Jadi kalau misalnya demand-nya naik, income petani juga naik. Cuma mungkin kita belum begitu banyak petaninya (yang fokus ke pembuatan etanol),” kata Bob.

“Ke depan, kalau misalnya banyak petani yang sudah berubah hasil petaninya menjadi etanol ini justru bisa menjadi positive cycle,” ujarnya menambahkan.

Tonton: Anggaran Raksasa MBG Bisa Bangun 335 Km MRT Jakarta MRT Singapura Lewat!

Prabowo setuju BBM Etanol 10%

Diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan mandatori campuran etanol 10% atau E10 yang berasal dari bahan nabati seperti tebu dan jagung telah disetujui oleh Presiden Prabowo. Menurutnya, langkah ini diambil salah satunya melihat keberhasilan mandatori Biodiesel atau campuran BBM dengan minyak sawit (CPO) yang saat ini telah mencapai pada mandatori B40.

"Ke depan kita akan mendorong untuk ada E10. Kemarin malam sudah kami rapat dengan Bapak Presiden. Bapak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatori 10% etanol. Dengan demikian, kita akan campur bensin kita dengan etanol," ungkap Bahlil dalam agenda di Anjungan Sarinah, Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Menurut dia, tujuannya dari penerapan E10 ini adalah untuk menurunkan volume impor minyak Indonesia yang saat ini masih tinggi dan mendukung pengembangan sumber energi hijau.

"Tujuannya, agar kita tidak impor banyak dan juga untuk membuat minyak yang bersih, yang ramah lingkungan. Nah, ini untuk anak-anak generasi Gen Z ini kan mau yang bersih-bersih. Jadi, kita kasih untuk yang bersih," tambah Bahlil.

Sebagai gambaran, saat ini konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,6 juta barel per hari (bph). Sementara produksi terangkut (lifting) minyak nasional saat ini hanya sekitar 600.000 bph. Artinya, Indonesia mengimpor kurang lebih 1 juta bph untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Meski telah disetujui Presiden Prabowo, Bahlil belum bisa memastikan kapan E10 dapat diterapkan di dalam negeri. "E10 sekarang belum, sekarang ini belum. E10 masih di dalam pembahasan dan masih di dalam kita menguji coba dulu. Sudah dinyatakan clear, sudah bagus, baru kita jalankan," kata Bahlil.

Dalam pengembangannya, Bahlil menyebut butuh 2-3 tahun pengembangan dari E10, terhitung dari tahun ini, agar dapat diterapkan. "Ya, 2-3 tahun. 2-3 tahun terhitung sekarang ya.Jadi kita harus hitung baik-baik dulu," terang Bahlil.

Tonton: Purbaya Pangkas DBH Jakarta, Tarif Bus Transjakarta Terancam Naik

 

Selanjutnya: Melihat Realisasi Program Cha-Ching Prudential

Menarik Dibaca: Xiaomi Hadirkan 3 Produk AIoT Baru untuk Rumah yang Aman dan Nyaman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×