Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) terus menanjak sejak akhir 2020. Harga indeks batubara terus membara hingga Februari 2021, yang dipatok sebesar US$ 87,79 per ton atau meroket 15,7% dari bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyampaikan bahwa harga batubara memang kembali pulih dalam beberapa bulan terakhir, setelah sepanjang tahun 2020 mengalami tekanan hebat akibat pandemi covid-19.
"Harga batubara menuju ke level psikologis dan menjadi tren positif untuk industri batubara tanah air," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Jum'at (5/2).
Baca Juga: Melonjak 15,7%, harga batubara acuan (HBA) berada di US$ 87,79 per ton
Dia membeberkan, ada sejumlah alasan mengapa HBA bisa terus menanjak. Pertama, adanya pengurangan produksi di semua negara eksportir batubara untuk mengimbangi penurunan permintaan akibat pandemi di 2020.
Kedua, permintaan yang tinggi akibat dari musim dingin di negara-negara importir pada bulan Januari, khususnya di China. Ketiga, supply yang terbatas, karena Indonesia mengalami musim hujan yang tinggi. Selain itu di negara produsen batubara lainnya seperti Australia menerapkan libur akhir tahun yang panjang.
"Negara produsen yang lain juga mempunyai stock yang rendah, serta berhentinya produksi dua tambang di Columbia," sambung Hendra.
Alasan keempat tren kenaikan HBA juga dipengaruhi oleh ketatnya kebijakan lingkungan terhadap tambang batubara di China pada Kuartal IV-2020.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) tetap fokus jual batubara ke pasar domestik
Kondisi itu ditambah juga dengan pemulihan ekonomi global dan kenaikan permintaan batubara dari China, yang menjadi sentimen positif pada tahun ini. Menurut Hendra, kemungkinan kembali pulihnya ekonomi global pada 2021 diperkirakan bakal mendorong rebound jangka pendek dalam permintaan batubara.
"Permintaan diperkirakan akan naik terbatas, namun negara produsen batubara juga akan menaikkan output sehingga kami perkirakan permintaan tidak akan sekuat tahun 2018," tutur Hendra.