kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.864   16,00   0,10%
  • IDX 7.308   112,57   1,56%
  • KOMPAS100 1.124   19,60   1,77%
  • LQ45 895   18,32   2,09%
  • ISSI 223   2,04   0,92%
  • IDX30 459   9,86   2,20%
  • IDXHIDIV20 551   11,67   2,16%
  • IDX80 129   2,09   1,64%
  • IDXV30 136   1,94   1,44%
  • IDXQ30 152   3,30   2,21%

HBA Februari melompat ke level US$ 87,79 per ton, ini kata pengusaha batubara


Sabtu, 06 Februari 2021 / 10:20 WIB
HBA Februari melompat ke level US$ 87,79 per ton, ini kata pengusaha batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

Lebih lanjut, dia mengingatkan bahwa harus tetap waspada, sebab HBA bisa sewaktu-waktu merosot kembali. Apalagi, angka penyebaran covid-19 terpantau masih tinggi, termasuk di Indonesia. Beberapa negara pun kembali memberlakukan pembatasan sosial atau lockdown. Kondisi itu bisa membuat penggunaan listrik kembali menurun. 

"Penurunan permintaan listrik berarti pula akan ada penurunan harga batubara karena komoditas ini adalah sumber enegri primer utama dalam pembangkitan listrik," pungkas Hendra.

Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, kenaikan HBA pada Februari 2021 tak lepas dari adanya sinyal supercycle yang diyakini akan terjadi di tahun 2021. Sinyal supercycle tersebut ada pada berbagai komoditas terutama komoditas pertambangan.

Salah satu pemicunya berasal dari suku bunga acuan yang rendah, dolar AS yang lemah hingga pertumbuhan ekonomi serta pembangunan infrastruktur di berbagai negara. "Adanya sentimen commodity supercycle, antara lain kenaikan harga gas ikut memperkuat harga batubara," kata Agung Pribadi, Kamis (4/2).

Baca Juga: Pencarian dana sektor komoditas kian ramai

Selain faktor supercycle, penyebab utama dari pendorong kenaikan HBA adalah melonjaknya permintaan impor dari Tiongkok. "Suplai batubara domestik (Tiongkok) tidak dapat memenuhi kebutuhan batubara pembangkit listrik," sambung Agung.

Harga Batubara kembali pulih (rebound) dalam empat bulan terakhir setelah sepanjang tahun 2020 tertekan akibat pandemi Covid-19, yaitu Oktober 2020 (US$ 51 per ton), November 2020 (US$ 55,71 per ton), Desember 2020 (US$ 59,65 per ton), dan Januari (US$ 75,84 per ton). "Selama empat bulan terakhir harga batubara terus menuju ke level psikologis," tandas Agung.

Sebagai informasi, perubahan HBA juga disebabkan oleh faktor turunan supply dan faktor turunan demand. Untuk faktor turunan supply dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

HBA bulan Februari ini akan dipergunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Selanjutnya: Freeport bakal tetap mengikuti arahan pemerintah terkait rencana pembangunan smelter

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×