kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Hilirisasi Kakao Dongkrak Nilai Ekspor Kakao Indonesia


Kamis, 24 Agustus 2023 / 13:37 WIB
Hilirisasi Kakao Dongkrak Nilai Ekspor Kakao Indonesia
ILUSTRASI. Pemerintah mendorong hilirisasi industri pengolahan kakao di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat struktur industri kakao


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian berfokus menjalankan kebijakan nasional hilirisasi industri pengolahan kakao di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat struktur industri kakao untuk menghasilkan berbagai macam cokelat.

Selain itu, hilirasasi ini mendorong peningkatan nilai ekspor kakao Indonesia ke luar negeri.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, potensi Indonesia saat ini menjadi negara pengolah kakao ketiga terbesar di dunia yang memproduksi bebagai produk kakao olahan. Sebagian produk tersebut diolah lebih lanjut di dalam negeri (sekitar 20%), dan selebihnya diekspor ke lebih dari 96 negara di lima benua.

“Ekspor produk intermediate tersebut menjadikan Indonesia sebagai pemasok rantai global dengan kontribusi sekitar 9,17% dari kebutuhan dunia,” kata Putu dalam siaran pers, Kamis (24/8).

Baca Juga: Ganjar Ingin Ekonomi RI Tumbuh 7%, Menteri Bahlil: Kuncinya Hirilisasi

Menurut Putu, peningkatan nilai ekspor kakao olahan didukung oleh sejumlah investasi perusahaan multinasional dan dampak dari kebijakan bea keluar terhadap ekspor biji kakao melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67 Tahun 2010.

Putu menerangkan, dari investasi tersebut juga, semula kapasitas terpasang industri pengolahan kakao sebesar 560.000 ton per tahun, naik menjadi 739.250 ton per tahun.

Selain itu, lanjut Putu, ekspor biji kakao pada tahun 2013 sebesar 188.420 ton (senilai US$ 446 juta), turun menjadi 24.603 ton (senilai US$64 juta) pada 2022. Sebaliknya, volume ekspor produk olahan kakao meningkat dari 196.333 ton (senilai US$ 654 juta) pada tahun 2013 menjadi 327.091 ton (senilai US$ 1,1 miliar) tahun 2022.

"Sejak tahun 2015, ekspor kakao olahan kita selalu di atas US$ 1 miliar. Bahkan, Indonesia sudah menjadi pemain global kakao olahan, dengan posisi ekspor cocoa butter kita nomor dua di dunia setelah Belanda," ujar Putu.

Lebih lanjut, Putu menyampaikan, lima tahun lalu komposisi ekspor kakao olahan antara (intermediate product) sebesar 85%, dan 15% diproses lebih lanjut di dalam negeri menjadi produk akhir (finished good) berupa makanan dan minuman berbasis cokelat.

“Saat ini, komposisi produksi olahan cokelat di dalam negeri telah meningkat menjadi 20%. Artinya produk kakao olahan di dalam negeri mengalami penguatan atau terjadi hilirisasi lebih lanjut,” kata Putu.

Baca Juga: Faisal Basri Sebut 90% Nilai Tambah dari Hilirisasi Nikel Lari Ke China

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×