Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SURABAYA. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat hingga saat ini sudah ada lebih dari 184 produk turunan kelapa sawit hasil hilirisasi.
Meski begitu, Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurachman mengatakan jika dibandingkan dengan Malaysia jumlah produk turunan kelapa sawit Indonesai masih kalah. Ia menyebutkan Malaysia telah memiliki sekitar 250 produk turunan.
"Namun hilirisasi perkebunan kelapa sawit saat ini relatif telah berjalan dengan baik," ujar Eddy dalam Sosialisasi Pelaksanaan Ekportasi dan Pungutan Ekspor Atas Kelapa Sawit, CPO dan Produk Turunannya, di Hotel Ciputra World Surabaya, Kamis (21/11).
Selain dukungan hilirisasi perkebunan kelapa sawit melalui pendanaan riset, BPDPKS juga telah mendukung program mandatori biodiesel yang saat ini telah mencapai B35. Kemudian akan diteruskan menjadi B40 pada awal tahun 2025.
Baca Juga: Target Pungutan Ekspor Kelapa Sawit Turun jadi Rp 24 Triliun pada 2024
Hingga Oktober 2025, BPDPKS telah menyalurkan dana sebesar kurang lebih Rp 183,72 triliun yang digunakan untuk membayar selisih harga antara harga indeks pasar biodiesel dan harga indeks pasar solar dengan volume biodiesel.
Dari total tersebut telah terserap sebesar 69,79 juta kiloliter. Program mandatori biodiesel ini disamping sebagai upaya hilirisasi dalam rangka meningkatkan ketahanan energi, juga telah terbukti menjaga stabilitas harga CPO. Hal itu merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan pasar CPO di dalam negeri.
"Dengan begitu besarnya jumlah serapan CPO maupun produk-produk derivatisnya untuk feedstock atau bahan baku dari biodiesel maka ini dapat dijadikan sebagai tool sebagai instrumen untuk menjaga stabilitas harga CP0 khususnya di dalam negeri," kata Eddy.
Dalam kesempatan sama, Direktur Penghimpunan Dana BPDPKS Normansyah Hidayat Syahruddin menambhakan, selama ini Malaysia memang menitikberatkan untuk industrialisasi. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, perlu adanya dorongan yang lebih besar pada hilirisasi. Kemudian juga investasi di bidang pengelolaan sawit.
"Makanya kan pemerintah memiliki program seperti B35, kemudian nanti dinaikkan bahurannya menjadi B40, itu akan mendorong investasi di dalam negeri supaya nanti pemanfaatannya digunakan untuk dalam negeri dan di ekspor ataupun digunakan dalam negeri itu dalam bentuk produk jadi," jelasnya.
Baca Juga: BPDPKS Catat Ekspor Produk Turunan CPO Telah Capai 65% hingga Oktober 2024
Selanjutnya: Bursa Jepang Ditutup Turun Kamis (21/11), Saham Teknologi Tertekan Penurunan Nasdaq
Menarik Dibaca: Promo Indomaret Minyak Murah Periode 21-27 November 2024, Ada Bimoli hingga Harumas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News