kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.429.000   20.000   1,42%
  • USD/IDR 15.405   30,00   0,19%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia Diperkirakan Turun, Ini Penyebabnya


Selasa, 27 Agustus 2024 / 18:51 WIB
Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia Diperkirakan Turun, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Cuaca kering dan usia tanaman yang semakin tua telah memperburuk prospek produksi minyak sawit di tahun 2024. FOTO ANTARA/FB Anggoro/Koz/mes/09.


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri minyak sawit Indonesia, sebagai produsen terbesar di dunia, tengah menghadapi tantangan serius yang dapat memengaruhi pasokan global dan harga komoditas ini. 

Mengutip businesstimes.com, faktor-faktor seperti cuaca kering dan usia tanaman yang semakin tua telah memperburuk prospek produksi minyak sawit di tahun 2024. 

Kondisi Cuaca Kering dan Dampaknya terhadap Produksi

Cuaca merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan panen minyak sawit. 

Pada tahun 2024, sekitar sepertiga dari wilayah utama penghasil sawit di Indonesia, termasuk Sumatera dan sebagian Kalimantan, mengalami curah hujan yang lebih rendah dari rata-rata. 

Tren ini diperkirakan akan berlanjut dan dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 5% dibandingkan tahun 2023.

Curah hujan yang rendah menyebabkan pohon sawit menghasilkan lebih banyak bunga jantan, yang tidak dapat menghasilkan buah segar dalam jumlah besar. 

Hal ini mengakibatkan volume tandan buah segar yang lebih rendah, sehingga menekan total produksi minyak sawit.

Baca Juga: Gapki Usulkan Ada Area Khusus untuk Percepatan Mandatori Biodiesel

Usia Tanaman dan Dampak terhadap Produktivitas

Tantangan lainnya adalah usia tanaman sawit yang semakin tua. Banyak perkebunan, terutama milik petani kecil, memiliki tanaman yang telah berusia lebih dari 25 tahun. 

Pohon sawit yang sudah tua ini memiliki produktivitas yang jauh lebih rendah, dengan produksi buah segar menurun hingga 700 kilogram per hektar, dibandingkan dengan 830 kilogram pada periode yang sama di masa lalu.

Usia tanaman yang tua ini membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam hal peremajaan tanaman. 

Tanpa adanya upaya peremajaan yang signifikan, potensi penurunan produksi akan terus meningkat, yang pada akhirnya dapat mengancam posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Dampak pada Pasar Global

Penurunan produksi minyak sawit di Indonesia diperkirakan akan berdampak signifikan pada pasar global. 

Stok minyak sawit global diprediksi mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir, dengan Malaysia, produsen terbesar kedua dunia, juga menghadapi tantangan serupa akibat pohon tua dan kekurangan tenaga kerja. 

Kondisi ini diperkirakan akan memperketat pasokan global dan menjaga harga minyak sawit tetap tinggi.

Baca Juga: Prospek Bisnis Industri Sawit Diprediksi Semakin Cerah, Ini Faktor Kuncinya

Implikasi Ekonomi dan Strategi Masa Depan

Turunnya produksi minyak sawit di Indonesia tidak hanya berdampak pada pasar global tetapi juga pada perekonomian nasional. 

Minyak sawit merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, dan penurunan produksi dapat memengaruhi pendapatan negara. 

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pelaku industri untuk segera mengambil langkah-langkah strategis, termasuk peremajaan perkebunan dan penerapan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas.

Selanjutnya: Temu Pedagang Aksesmu 2024: Mengukuhkan Komitmen untuk Mendukung UMKM Indonesia

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (28/8) Hujan Lebat, Provinsi Ini Siaga Bencana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×