kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hingga 20 Agustus, program sejuta rumah telah mencapai 582.638 unit


Sabtu, 25 Agustus 2018 / 09:57 WIB
Hingga 20 Agustus, program sejuta rumah telah mencapai 582.638 unit
ILUSTRASI. Rumah bersubsidi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) optimistis pencapaian program satu juta rRumah di tahun 2018 akan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Pasalnya, realisasi sampai 20 Agustus 2018 telah mencapai 582.638 unit.

Pada tahun 2015, pencapaian program satu juta rumah hanya mencapai 669.770 unit, tahun 2016 sebanyak 805.169 unit, dan tahun 2017 sebanyak 904.758 unit.

“Untuk tahun 2018, per 20 Agustus 2018 program satu juta rumah sudah mencapai 582.638 unit. Kami optimis karena masih punya waktu sekitar 4,5 bulan, Insya Allah di akhir tahun mencapai satu juta rumah dengan proporsi 60%-70%  rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Penyediaan Perumahan Khalawi Abdul Hamid dalam keterangan resminya yang dikutip Sabtu (25/8).

Hapernas diperingati setiap tanggal 25 Agustus sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan bahwa rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dimana pemenuhannya menjadi tanggung jawab bersama. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan rumah rakyat, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program satu juta rumah pada 29 April 2015.

Program satu juta rumah adalah adalah gerakan bersama oleh seluruh pemangku kepentingan bidang perumahan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengembang perumahan, perbankan, perusahaan swasta dan masyarakat untuk mengatasi backlog perumahan di Indonesia.

Dirjen Pembiayaan Perumahan Lana Winayanti mengatakan, jumlah backlog perumahan berdasarkan konsep penghunian sebanyak 7,6 juta unit pada tahun 2015 yang ditargetkan turun menjadi 5,4 juta unit pada tahun 2019. Sementara backlog perumahan berdasarkan konsep kepemilikan rumah sebanyak 11,4 juta unit tahun 2015 yang ditargetkan turun menjadi 6,8 juta unit pada tahun 2019.

Untuk meningkatkan jumlah pasokan rumah layak huni terutama yang terjangkau MBR, ada empat tantangan yang dihadapi yakni pertama, tingkat keterjangkauan (affordability) MBR masih rendah baik membeli rumah dari pengembang, membangun secara swadaya maupun meningkatkan kualitas rumah yang tidak layak huni.

Kedua, ketersediaan dana (availability) dimana pola/skema pembiayaan perumahan bagi MBR terbatas. Ketiga akses MBR (accessibility) ke sumber pembiayaan perumahan (lembaga keuangan) untuk mendapat kredit pemilikan rumah (KPR) masih terbatas dan terakhir sumber dana (sustainability) pembiayaan perumahan masih bersifat jangka pendek sehingga tidak dapat berkelanjutan untuk KPR yang bersifat jangka panjang (maturity mismatch).

“MBR sebenarnya memiliki daya beli, namun mengalami kesulitan akses, oleh karena itu Pemerintah menggulirkan sejumlah program untuk memfasilitasi pembiayaan rumah bersubsidi,” tambah Lana.

Program pembiayaan perumahan yang sudah berjalan seperti KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga Kredit Perumahan (SSB), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).

Dirjen Penyediaan Perumahan Khalawi AH menambahkan tantangan pembangunan rumah MBR yakni terbatasnya lahan murah khususnya di kota metropolitan. Kementerian PUPR tengah mendorong terbentuknya land banking system dan konsepnya yang sedang dikaji oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR).

Khalawi menanbahkan, pemerintah juga tengah membahas perubahan regulasi mengenai hunian berimbang antara rumah menengah atas dan MBR yang harus dibangun pengembang untuk dapat mempercepat program satu juta rumah.

Kementerian PUPR juga membangun rumah MBR di seluruh Indonesia seperti rumah susun (rusun), rumah khusus (rusus), bantuan stimulan rumah swadaya serta bantuan prasarana sarana dan utilitas (PSU) kepada pengembang yang membangun perumahan bersubsidi.

“Untuk program Rusus pada tahun 2018, lebih banyak dibangun di Indonesia wilayah timur yakni 60% dan 40% di wilayah barat. Beberapa lokasi rusus yang saya kunjungi, penerima manfaat mengutarakan bahwa adanya program rusus, rumah yang mereka tempati menjadi lebih sehat, anak-anak bermain jadi enak.” jelas Khalawi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×