Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) hingga akhir tahun 2020 telah mencapai 83,44%.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menjelaskan, pelaksanaan proyek dapat tetap terjaga kendati menemui kendala seperti pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19.
"Itu berdampak pada pembatasan jam kerja dan tenaga kerja di lapangan serta dampak ke jadwal fabrikasi peralatan yang didatangkan ke site proyek," jelas Julius kepada Kontan.co.id, Senin (22/2).
Julius menambahkan, SKK Mogas terus melakukan kordinasi dengan Pertamina EP Cepu demi mengawal kelanjutan proyek. Proyek ini sendiri diharapkan bisa rampung pada kuartal IV 2021.
"Kegiatan yang dilakukan yakni monitor dan kordinasi baik dengan KKKS pelaksana dan stakeholder daerah," sambung Julius.
Dalam catatan Kontan.co.id, Proyek Pengeboran Gas yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC) di wilayah operasional Proyek Jambaran – Tiung Biru (JTB) telah mendekati masa akhir.
Hingga periode Januari 2021, operasional drilling dan riglees completion telah bekerja dengan lebih cepat dari target.
Direktur Utama Pertamina EP Cepu Awang Lazuardi menyampaikan, Tim Drilling PEPC berhasil menghemat waktu pengerjaan sebanyak selama 56 hari lebih cepat dari jadwal. Dalam dunia industri migas, katanya, kondisi penghematan waktu kerja merupakan sebuah prestasi terutama ketika dibarengi dengan pencapaian tidak ada kecelakaan ataupun cedera dalam bekerja.
Awang bilang, para pekerja Proyek JTB bekerja dengan semboyan Spirit to Zero Accident, dan berhasil mencapai lebih dari 1,6 juta jam kerja selamat.
Baca Juga: SKK Migas pastikan sejumlah proyek jumbo hulu migas tetap berjalan
Proyek ini menggunakan Cyber Walking Rig Milik Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) yang mana sangat efisien untuk melakukan pemboran dengan metode Batch Drilling yang direncanakan.
"Seluruh capaian ini menjadi bukti bahwa Pertamina melalui para perwiranya mampu mengelola operasi drilling pada highrisk hazard secara excellence baik aspek operasi maupun HSSE," kata Awang, Januari lalu.
Drilling dan rigless completion campign proyek JTB mampu melakukan efisiensi biaya operasional sebesar 11% dan waktu operasional sebanyak 21%.
Teknologi single trip perforation long interval hingga 800 feet dan teknologi Smart Coiled Tubing (ACTive) Distributed Temperature Sensing (DTS) pada sumur high rate gas, dengan kandungan 8000 ppm H2S dan 34% CO2 yang dilakukan secara rigless operation, pertama kali di Indonesia dengan melibatkan 100 % Putra-putri Indonesia.
"Saya berharap teknologi ini bisa diterapkan pada operasi serupa baik di Region Subholding Upstream Pertamina lainnya maupun KKKS di Seluruh Indonesia yang mempunyai kondisi operasional serupa dengan lapangan JTB,“ ujar Awang.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa operasi well testing hingga rate 60 MMSCFD juga berlangsung aman dan kondusif. Menurut Awang, hal ini menunjukkan bahwa Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru mendapatkan dukungan dari stakeholders termasuk dari SKK Migas, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, pemerintah pusat, juga masyarakat luas.
Selanjutnya: Pertamina EP tingkatkan produksi minyak sumur ABG-008 menjadi 1.580 barel per hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News