Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi sektor hulu migas hingga semester I 2021 baru mencapai US$ 4,92 miliar atau 39,7% dari target tahun ini sebesar US$ 12,38 miliar.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebutkan, ada sejumlah tantangan dalam mendorong investasi kendati harga minyak menunjukkan tren penguatan beberapa waktu terakhir.
Harga minyak global sempat turun rendah pada Mei 2020 lalu. Kendati demikian, belakangan tren kenaikan harga terus terjadi bahkan mencapai US$ 75 per barel.
Hanya saja, Dwi tidak bisa memprediksi sampai berapa lama kondisi ini akan bertahan. SKK Migas pun masih terus menjalani komunikasi dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Disisi lain, perhatian untuk sektor energi baru dan terbarukan (EBT) turut mempengaruhi investasi ke sektor migas. "Disamping adanya isu EBT, beberapa pemain migas konsentrasi pada portfolio masing-masing sehingga jadi tarik menarik buat iklim yang kompetitif," jelas Dwi dalam konferensi pers virtual, Jumat (16/7).
Baca Juga: SKK Migas percepat perizinan demi kejar investasi hulu US$ 200 miliar
Dwi melanjutkan, penurunan harga minyak pada tahun lalu membuat keuangan KKKS terganggu sehingga investasi yang dikucurkan pun tak sebesar yang diharapkan. Selain itu, dengan harga komoditas yang tertekan pun membuat keekonomian proyek perlu dikaji kembali.
"Harga minyak yang rendah, harga gas yang rendah buat keekonomian terganggu sehingga harus review agar tingkat keekonomian bisa bawa ke level yang wajar. Beberapa (KKKS) sudah bisa peroleh, sejauh ini pemerintah cukup akomodatif untuk kita bisa fleksibel mengkaji kembali agar keekonomian kontraktor membaik," kata Dwi.
Dwi menambahkan, dengan merebaknya kasus covid-19 dalam beberapa waktu terakhir memang membuat para kontraktor masih melihat lebih jauh dampak yang mungkin timbul.
Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, upaya mendorong investasi hulu migas kini juga dihadapkan pada tekanan dari sisi lingkungan. Adanya niatan mendorong pengurangan CO2 khususnya dari produksi gas.
"Perusahaan migas besar seperti BP dan Shell mereka sangat komitmen untuk lingkungan. Kita masih bisa mengakomodir, tinggal perusahaan-perusahaan ini arahnya kemana. Kalau dia shifting ke EBT ini investasi hulu juga bisa turun," terang Fatar.
Fatar memastikan SKK Migas terus berupaya mengejar investasi baik untuk tahun ini dan tahun depan. Pasalnya, jika tidak difasilitasi, bukan tidak mungkin para kontraktor bakal mengalihkan investasi sektor hulu untuk kegiatan yang lain.
Selanjutnya: Lifting migas semester I 2021 tak capai target, begini penjelasan SKK Migas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News