kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

HKI: Prospek Bisnis Kawasan Industri Cerah pada Tahun 2026, Ini Penopangnya


Selasa, 04 November 2025 / 20:11 WIB
HKI: Prospek Bisnis Kawasan Industri Cerah pada Tahun 2026, Ini Penopangnya
ILUSTRASI. Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) menilai prospek bisnis kawasan industri domestik pada 2026 tetap cerah


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) menilai prospek bisnis kawasan industri domestik pada 2026 tetap cerah. Sektor ini diprediksi memasuki fase yang lebih stabil setelah menghadapi tantangan ekonomi dan geopolitik global maupun domestik sepanjang 2025.

Ketua Umum HKI, Akhmad Maruf, menjelaskan bahwa bisnis kawasan industri tahun depan akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting. Pertama, munculnya gelombang investasi di sektor data center dan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Hal ini menandai perubahan besar pada bisnis kawasan industri yang tak lagi hanya menampung pabrik, melainkan juga pusat data dan fasilitas digital berteknologi tinggi.

Faktor kedua berasal dari industri makanan-minuman, otomotif, dan logistik. “Naiknya konsumsi masyarakat dan berkembangnya e-commerce mendorong kebutuhan gudang, pusat distribusi, dan pabrik berskala menengah,” terang Akhmad kepada Kontan, Selasa (4/11/2025).

Ketiga, percepatan penyederhanaan perizinan oleh pemerintah diyakini akan mendorong minat investasi. Jika proses perizinan cepat dan biaya rendah, peluang masuknya investor otomatis meningkat.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Genjot Kawasan Industri, KSP Tarik Investor Asing

Selain itu, tren energi hijau dipandang semakin kuat. Banyak perusahaan internasional kini hanya ingin berinvestasi di kawasan yang memiliki akses ke energi terbarukan. 

“Karena itu, kawasan industri yang mulai bertransformasi menjadi kawasan ramah lingkungan akan memiliki daya tarik lebih tinggi,” ujarnya.

Meski sempat terjadi kontaminasi radionuklida Cesium 137 (Cs-137) di Kawasan Industri Modern Cikande, HKI yakin isu ini tidak akan memengaruhi laju bisnis kawasan industri. Pemerintah telah turun tangan untuk menanganinya secara cepat.

Selain faktor-faktor tersebut, reformasi kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) melalui Permenperin No. 35 Tahun 2025 juga diperkirakan menjadi pendorong tambahan. 

“Perubahan kebijakan ini membawa pendekatan baru yang lebih murah, mudah, cepat, sehingga memberikan kemudahan bagi pelaku industri untuk memenuhi dan meningkatkan nilai TKDN produk mereka,” imbuh Akhmad.

Hingga September 2025, kinerja pra penjualan (marketing sales) kawasan industri menunjukkan tren stabil dengan pertumbuhan selektif di sektor data center, logistik, dan FMCG. 

Contohnya, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) mencatat prapenjualan lahan industri seluas 18 hektar senilai Rp 626,4 miliar. Kontribusi terbesar berasal dari sektor Data Center dan FMCG, meski realisasi ini baru mencapai 35% dari target tahun 2025 sebesar Rp 1,81 triliun.

Baca Juga: Nissho Solution Perluas Gudang Karawang, Dukung Logistik Otomotif

Sementara itu, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mencatat prapenjualan senilai Rp 2,92 triliun per September 2025, naik 22% secara tahunan (YoY) dan mencapai 83% dari target tahun ini sebesar Rp 3,5 triliun. Penjualan terbesar berasal dari Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, sebesar Rp 2,02 triliun, yang mencakup perusahaan sektor ban, bahan bangunan, dan furnitur.

Sedangkan penjualan senilai Rp 896 miliar diperoleh dari lahan Cikarang, Jawa Barat, yang merupakan kombinasi pendapatan dari prapenjualan lahan dan bangunan industri, properti residensial, serta komersial, khususnya dari sektor data center dan personal care.

Dengan berbagai faktor pendukung tersebut, Akhmad menegaskan keyakinannya terhadap masa depan bisnis kawasan industri di Indonesia. Menurutnya, masa depan bisnis ini masih akan tangguh meskipun menghadapi dinamika global seperti fluktuasi kurs dan suku bunga.

Selanjutnya: Otomotif Lesu, Adira Finance Diversifikasi ke Segmen Non-Otomotif untuk Jaga Kinerja

Menarik Dibaca: Hujan Lebat dan Angin Kencang, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (5/11) di Jabodetabek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×