kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Holding BUMN farmasi dinilai tidak banyak pengaruhi persaingan bisnis farmasi


Senin, 07 Oktober 2019 / 21:14 WIB
Holding BUMN farmasi dinilai tidak banyak pengaruhi persaingan bisnis farmasi
ILUSTRASI. PRODUKSI OBAT


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menggenjot pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi. Harapannya, pembentukan sinergi perusahaan farmasi plat merah tersebut sudah bisa rampung pada Oktober tahun ini. Dengan demikian, akan muncul entitas bisnis baru di pasar farmasi dalam negeri apabila holding sudah terbentuk nantinya.

Meski begitu, kehadiran holding tersebut dinilai tidak akan memberikan dampak perubahan yang signifikan bagi persaingan bisnis di pasar farmasi. “Kalaupun ada saya kira pengaruhnya akan kecil sekali, hampir tidak ada,” ujar Direktur eksekutif Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi, Dorojatun Sanusi kepada Kontan.co.id, Senin (7/10).

Dorojatun mengatakan bahwa holding BUMN farmasi tidak lain merupakan penggabungan dari aset produk ataupun portofolio yang sebelumnya sudah ada saja. Selain itu, pasar farmasi memiliki karakteristik yang terfragmentasi serta terdiri dari banyak segmentasi pasar. 

Baca Juga: BPOM titahkan tarik 5 produk raniditin yang mengandung zat penyebab kanker

Menurut Dorojatun, hal ini bisa dilihat dari terbatasnya penguasaan pasar yang dimiliki oleh masing-masing pelaku industri farmasi. Oleh karenanya, dampak perubahan yang muncul pada iklim persaingan bisnis farmasi dirasa tidak begitu signifikan kalaupun seandainya penggabungan tersebut diikuti oleh peluncuran portfolio ataupun produk-produk farmasi baru.

Senada, pengamat industri farmasi, Rizman Abudaeri berpendapat bahwa pasar farmasi segmentasi pasar yang sangat luas sehingga sangat sulit dikuasai oleh beberapa perusahaan farmasi saja.

“Sejauh pengamatan saya tidak ada industri yang mampu menyediakan obat di semua fasilitas kesehatan karena pasar yang terbagi-bagi dari apotek, toko obat, Puskesmas dan rumahsakit tipe A sampai D,” jelas Rizman kepada Kontan.co.id, Senin (7/10).

Baca Juga: Saham Emiten BUMN Jeblok, Ini Rekomendasi Analis premium

Selain itu, Rizman juga berpendapat bahwa konsumsi produk-produk farmasi di Indonesia ditandai oleh perilaku konsumen yang cenderung berorientasi pada satu atau beberapa merek saja. Dengan kata lain, kehadiran pemain ataupun produk-produk farmasi baru di pasaran diyakini tidak akan banyak mengubah preferensi konsumen dalam membeli produk-produk farmasi.

Meski demikian, Rizman menduga bahwa pembentukan holding BUMN farmasi akan diikuti dengan inovasi-inovasi di bidang farmasi baik dalam bentuk produk farmasi yang inovatif. Oleh karena itu, Rizman menilai perusahaan farmasi swasta sebaiknya terus berinovasi dalam memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan research and development (R&D).

Sejalan dengan pandangan-pandangan di atas, Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Vidjongtius mengaku tidak khawatir bisnis akan terancam dengan adanya keadiran holding BUMN farmasi. 

Baca Juga: Revisi permendag tak berdampak signifikan bagi industri farmasi

Kalaupun kehadiran holding memicu munculnya kompetisi baru, maka dampak yang dirasakan oleh Kalbe tidak akan begitu besar karena kompetisi langsung yang muncul hanya akan terjadi pada pasar farmasi di segmen Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 

Pasalnya, segmen pasar JKN hanya berkontribusi sekitar 4%-5% dari total pendapatan KLBF. Adapun sebanyak 95%-96% pendapatan sisanya sebagian besar diperoleh dari segmen pasar non-JKN.

Sementara itu, menurut keterangan Vidjongtius, produk-produk KLBF yang dijual di pasar non-JKN umumnya terdiri atas produk-produk farmasi yang berbeda dengan produk-produk yang dihasilkan oleh BUMN farmasi. “Kalau produk sudah tidak sama, maka kompetisi langsung tidak terjadi,” terang Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Senin (7/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×