Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) meminta dukungan pemerintah terkait rencana pembangunan Aerospace Park yaitu kawasan perawatan pesawat terpadu. Dengan adanya perawatan pesawat yang terintegrasi, asosiasi jasa penyedia layanan perawatan pesawat alias maintenance repair overhaul (MRO) meyakini bisa meminimalkan jumlah belanja perawatan pesawat ke luar negeri.
“Keberadaan Aerospace Park di wilayah-wilayah strategis dapat meminimalkan jumlah maintenance spending ke luar negeri sehingga terjadi penghematan devisa dan belanja luar negeri,” ujar Richard Budihadianto, Ketua Umum IAMSA disela-sela acara Aviation MRO Indonesia (AMROI) di Jakarta, Rabu (20/4).
Sekarang ini, sebanyak 60% sampai 70% pesawat di Indonesia telah melakukan perbaikan dan perawatan pesawat ke perusahaan MRO di luar negeri. Menurutnya hal inilah yang harusnya dimanfaatkan oleh pebisnis MRO di Indonesia. Apalagi baru-baru ini pemerintah telah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi ke-8 yang membebaskan bea masuk 21 pos tarif komponen pesawat udara menjadi 0%.
“Hasil penghematan ini bisa digunakan untuk meningkatkan industri dalam negeri,” imbuhnya.
Sepanjang 2014, tercatat pasar global bagi Industri MRO mencapai sekitar US$ 57 miliar. Diprediksi setiap tahunnya akan tumbuh sebesar 4,1%. Kemudian pada tahun 2022, Asia-Pacific diramalkan akan menjadi pusat pertumbuhan. Ketika saat itu jasa perawatan pesawat tidak dimonopoli oleh maskapai itu sendiri, perusahaan MRO berpotensi mendapatkan pengalihan mencapai 73% dari total pekerjaan.
Asal tahu saja, beberapa negara tetangga sudah terlebih dahulu mengembangkan konsep Aerospace Park. Misalnya Seletar Aerospace Park (SAP) di Singapura dan Malaysia International Aerospace Center (MIAC).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News