Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Baja Indonesia atau The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) mengaku bahwa saat ini harga baja di pasar global masih bergerak fluktuatif. Di sisi lain, konsumsi baja nasional diperkirakan masih tumbuh ke arah yang positif di tahun ini.
Ketua Cluster Flat Product IISIA Melati Sarnita menyampaikan, harga baja Indonesia selalu mengikuti tren harga baja internasional. Fluktuasi harga baja internasional sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dampak konflik geopolitik, situasi ekonomi dunia yang tak menentu, serta peningkatan suku bunga acuan.
Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi terjadinya kontraksi pada bisnis properti yang tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga bisnis properti di seluruh dunia. Ini mengingat sektor properti menjadi salah satu sektor pengguna produk-produk baja.
Ambil contoh yang terjadi di China, faktor krisis ekonomi dan keuangan yang melanda China berdampak besar bagi bisnis properti di negara tersebut. Apalagi, sektor properti menyumbang seperempat dari total PDB China.
Baca Juga: Begini Dampak Kenaikan Harga Besi & Baja terhadap Kinerja Hutama Karya
“Kami berpendapat bahwa ke depannya harga besi dan baja akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan baja di Indonesia,” ujar Melati, Senin (10/10).
Menurutnya, adanya ancaman resesi global tidak terlalu berdampak pada permintaan baja domestik yang mana pada kuartal II-2022 lalu masih memperlihatkan peningkatan. Hal ini terbukti dari realisasi penjualan salah satu produsen baja nasional yang juga merupakan anggota IISIA yaitu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), di mana penjualannya di kuartal II-2022 meningkat 19% secara kuartalan.
Lantas, IISIA memproyeksikan konsumsi baja pada tahun 2022 akan tumbuh 5% menjadi 16,3 juta ton.
Terdapat sejumlah faktor pendorong yang akan memberi dampak positif pada peningkatan pertumbuhan produksi dan konsumsi baja dalam negeri. Di antaranya rencana Pemerintah China untuk memangkas produksi baja dan kegiatan ekspor, terus berlanjutnya proyek-proyek strategis nasional seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru, dan peningkatan permintaan dari sektor otomotif.
Tak hanya itu, konsumsi baja nasional juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan pengenaan bea masuk anti dumping (BMAD) terhadap baja impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News