kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iklim Investasi Indonesia Bikin Nyaman Konglomerat Akumulasi Pundi-pundi Uang


Rabu, 19 Oktober 2022 / 17:42 WIB
Iklim Investasi Indonesia Bikin Nyaman Konglomerat Akumulasi Pundi-pundi Uang
ILUSTRASI. Upaya Presiden Joko Widodo memperbaiki iklim investasi di Indonesia selama 8 tahun belakangan ini terbukti berhasil KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya Presiden Joko Widodo memperbaiki  iklim investasi di Indonesia selama 8 tahun belakangan ini terbukti berhasil dengan kepercayaan diri para konglomerat Tanah Air mengakselarasi bisnisnya. 

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat membenarkan bahwa iklim investasi membuat para konglomerat lebih nyaman berinvestasi. 

Seperti diketahui, pada 2020 Indonesia sempat mengalami krisis akibat pandemi Covid-19. Di masa itu, pertumbuhan ekonomi anjlok karena adanya pembatasan mobilitas yang ketat. Tetapi setelah itu, Teguh menilai pemulihan ekonomi berlangsung cepat karena pemerintah banyak melakukan inisiatif. 

Baca Juga: Jokowi Terima Tony Blair di Istana Merdeka, Bicarakan Perencanaan IKN

“Beberapa inisiatif yang dilakukan pemerintah ialah memberikan sejumlah insentif, pajak dipotong, lalu adanya bantuan langsung ke masyarakat, pengendalian harga sejumlah bahan pokok, dan lain sebagainya,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (19/10). 

Di sisi lain, menurut Teguh, penerbitan Undang-Undang Cipta Kerja cukup memberikan angin segar bagi iklim investasi karena pengusaha mendapatkan kepastian dalam menanamkan uangnya di Tanah Air. 

“Jadi intinya pasca resesi 2020 karena pandemi itu pemerintah kita kerja keras dan hasilnya iklim investasi jadi lebih baik,” terangnya 

Salah satu taipan yang gencar melakukan ekspansi bisnis dalam beberapa tahun ini ialah Grup Djarum. 

Pada 2021, Grup Djarum mengakuisisi dua emiten dengan nilai fantastis yakni nyaris mencapai Rp 20 triliun. Djarum mengakuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) pengelola Ranch Market senilai Rp 2,03 triliun melalui perusahaan elektroniknya, PT Global Digital Niaga (Blibli). 

Kemudian di tahun yang sama, entitas Grup Djarum yaitu PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) juga mengakuisisi PT Solusi Tunas Prima Tbk (SUPR) senilai Rp 16,74 triliun. 

Kemudian pada 2022, Grup Djarum siap mengantarkan Blibli untuk melakukan penawaran perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BELI. Rencananya lewat aksi korporasi ini Blibli akan meraih dana segar hingga Rp 8,17 triliun bila menggunakan harga penawaran awal tertinggi. 

Adapun di sektor perbankan, kinerja PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga semakin subur dan memberikan kontribusi yang besar bagi kekayaan Hartono bersaudara. 

Sampai dengan semester I 2022, Bank Centra Asia berada di posisi ketiga dengan aset secara konsolidasi mencapai Rp 1.264,46 triliun atau tumbuh 11,9% secara tahunan atau year on year (YoY). Adapun pada periode yang sama, BBCA mencatatkan laba bersih hingga Rp 18 triliun atau tumbuh 24,9% yoy. 

Baca Juga: Ekonom Nilai Pemerintahan Jokowi Mampu Jaga Stabilitas Ekonomi di Tengah Gejolak

Pada 6 bulan pertama 2022, BCA mencatatkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Rp 29,8 triliun selama semester I tahun 2022 atau naik 5,3% yoy. Pendapatan non bunga tumbuh 8,9% yoy menjadi Rp 11,1 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi yang tumbuh 15,0% yoy.

Sejalan dengan naiknya bisnis BBCA, Forbes mencatatkan kekayaan Hartono Bersaudara hingga 2021 mencapai US$ 42,6 miliar atau naik signifikan dibandingkan 7 tahun yang lalu di mana pada 2015 harta Hartono Bersaudara di posisi US$ 15,4 miliar. 

Adapun pada 2021, Forbes mendapuk Hartono Bersaudara menjadi orang terkaya pertama di Indonesia sekaligus menduduki peringkat kelima sebagai keluarga Asia Terkaya. 

Teguh menyatakan, data yang disampaikan Forbes merupakan nilai pasar dari perusahaan-perusahaan grup yang bersangkutan. Jadi seperti Grup Djarum, perusahaan yang paling besar market capital-nya ialah Bank BCA. 

“Harga saham BCA memang lagi rekor, naik terus. Memang sempat turun di 2020 tetapi sekarang naik lagi. Jadi di atas kertas kekayaan Grup Djarum naik menjadi seperti itu,” terangnya. 

Investasi Konglomerat di Beberapa Tahun Mendatang

Di tahun depan, meskipun Indonesia dibayangi awan gelap resesi, Teguh melihat bahwa kondisi iklim investasi di dalam negeri masih tetap baik. Dia menjelaskan, potensi resesi yang selama ini disampaikan konteksnya secara global, misalnya Amerika atau Eropa mengalami resesi bagaimana dampaknya bagi Indonesia. 

“Namun iklim investasi kita baik, tidak ada masalah. Ekonomi kita masih tumbuh terus pasca resesi 2020 kemarin,” ujarnya. 

Meskipun Indonesia juga akan memasuki tahun politik dalam waktu dekat yakni 2024, Teguh melihat kondisi suhu politik saat ini tidak sepanas tahun 2019 atau 2014 yang lalu. 

Teguh melihat, kondisi politik saat ini lebih stabil ditambah dengan iklim investasi yang baik sehingga membuat konglomerat tidak menahan ekspansi bisnis. Dia mencontohkan, Grup Salim tidak perlu menunggu 2024 untuk masuk ke sektor pertambangan batubara dan tidak segan menggelontorkan dana investasi hingga Rp 15 triliun. 

Lantas dalam beberapa tahun mendatang, Teguh melihat bahwa cara pandang konglomerat sama seperti investor pada umumnya. Setelah resesi yang dialami Indonesia pada 2020, maka 5 tahun hingga 10 tahun ke depan ekonomi Indonesia akan booming lagi. 

Baca Juga: Analis Menyebut Pasar Modal Indonesia Berkembang Signifikan di Era Jokowi

“Memang dalam perjalanannya, tidak akan naik terus, akan ada guncangan sedikit karena adanya resesi global. Tetapi kondisi terberat sudah dilewati di 2020,” terangnya. 

Berkaca pada krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada 2008, selama 12 tahun ke depan perekonomian dalam negeri terus membaik dan meningkat. Maka itu, Teguh mengemukakan, pada 10 tahun ke depan ekonomi Indonesia akan kembali naik sehingga konglomerat memanfaatkannya dari sekarang. Maka tidak heran jika banyak taipan-taipan yang melakukan akuisisi bisnis. 

Menurut Teguh, aksi korporasi yang dilakukan konglomerat supaya pada jangka waktu 5 tahun hingga 10 tahun dari sekarang, mereka dapat memetik buahnya. 

“Tentu dengan ini kekayaan ata aset para konglomerat itu bisa naik jadi lebih tinggi lagi dalam 5 tahun hingga 10 tahun ke depan,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×