kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Impor beras akan dibuka


Jumat, 03 September 2010 / 09:36 WIB
Impor beras akan dibuka


Reporter: Astri Kharina Bangun, Ario Fajar |

JAKARTA. Harga beras lokal yang terus menanjak menaikkan kewaspadaan Kementerian Pertanian. Apalagi, cadangan beras di Perusahaan Umum Bulog kian menipis. Makanya, Menteri Pertanian Suswono memberikan sinyal pembukaan keran impor beras.

Mantan Ketua Komisi IV DPR ini berdalih, persoalan cuaca menjadi masalah yang dialami semua negara. Bahkan China sebagai salah satu produsen terbesar beras dunia juga berusaha memperkuat stok dengan cara mengimpor beras sampai 1 juta ton.

Tapi, Suswono buru-buru menegaskan, impor adalah jalan terakhir menahan kenaikan harga beras lokal. Impor ini juga bertujuan agar cadangan Bulog kembali aman yakni minimal 1,5 juta ton.

Menteri dari Partai Keadilan Sejahtera ini menyatakan, impor beras bisa dilakukan mumpung harga internasional lebih rendah daripada harga lokal. Pekan lalu, harga beras jenis IR 64 kualitas dua di Indonesia mencapai US$ 568,6 per ton. Padahal, di Vietnam dan Thailand masih berkisar US$ 360 sampai US$ 485 per ton (lihat Harian KONTAN, 26 Agustus 2010). Dia yakin, impor beras ini tak akan mengganggu pasar beras lokal karena tujuannya untuk menambah cadangan beras Bulog.

Saat ini, stok beras Bulog tersisa 1,4 juta ton. Di saat yang sama, Bulog tidak bisa menambal stok dari dalam negeri karena harganya sudah di atas harga pembelian pemerintah (HPP). "Pangan tidak boleh main-main, semua negara sedang memperkuat stoknya. Memang kita tetap berharap Bulog memperkuat cadangan tersebut dari produksi dalam negeri," ungkap Suswono.

Secara matematis, produksi beras akan aman sampai akhir tahun 2010. Secara teori, produksi beras tahun ini dibandingkan dengan kebutuhan masih surplus 5,6 juta ton. Dus, di atas kertas, produksi beras nasional masih aman.

Hingga sekarang, tercatat luasan lahan panen mencapai lebih dari 13 juta hektare (ha). Selama bulan Agustus saja, luas lahan panen mencapai 1,1 juta ha dan akan bertambah lagi 840.000 ha pada September nanti.

Hanya saja, hasil itu hanya bisa diperoleh dengan asumsi tak ada sawah yang gagal panen akibat serangan hama, banjir atau kekeringan. Selain itu, musim panen 2011 juga tidak terlambat.

Sayangnya, perubahan musim yang ekstrem justru memicu peningkatan serangan hama wereng batang cokelat. Bahkan, jumlah serangan hama wereng ini diperkirakan sudah lebih luas dibandingkan dengan rata-rata selama lima tahun terakhir.

Meski begitu, Suswono tetap mengklaim bahwa luas lahan yang gagal panen akibat serangan wereng, banjir, dan kekeringan hanya sekitar 100.000 ha atau tak sampai 1% dari total luas panen sebanyak 13 juta ton. Cuma, gangguan cuaca akan memperburuk kualitas beras.

Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani Indonesia (Wamti) Agusdin Pulungan berpendapat, wacana impor beras yang dihembuskan Menteri Pertanian terlampau terburu-buru. Kata dia, sebelum memutuskan, pemerintah semestinya berkonsolidasi dengan pihak terkait.

Pemerintah misalnya, mengumpulkan gubernur, bupati, hingga pihak yang terlibat secara langsung lainnya. "Saya rasa keadaan ini belum terlalu kritis," tegas mantan pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini. Alhasil, belum saatnya pemerintah mengimpor beras.

Agusdin menduga, lonjakan harga beras saat ini justru terjadi akibat persoalan distribusi seiring manajemen komunikasi pemerintah daerah dan pusat yang kurang baik. Akibatnya, timbul ketakukan pemerintah akan terjadinya krisis pangan. Padahal, dalam sejumlah kesempatan, pemerintah mengklaim produksi beras mencukupi. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×