Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengapresiasi keputusan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang mengeluarkan laporan akhir terkait Penyelidikan Antidumping terhadap produk ubin keramik impor dari China.
Surat yang diterima Asaki menyebutkan bahwa China terbukti melakukan tindakan dumping, memicu pengenaan Bea Masuk Antidumping (BMAD).
Dalam penjelasannya, Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, menegaskan bahwa keputusan ini mencerminkan keadilan bagi industri keramik nasional yang telah lama merasakan dampak negatif dari praktik dumping tersebut.
Besaran BMAD yang diberlakukan mencapai 100,12% hingga 199% menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung keberlanjutan industri keramik lokal.
Baca Juga: Kemenperin: Industri Keramik Menderita Akibat Serbuan Impor Hingga Kendala HGBT
"Kami tidak menentang impor keramik dari China, namun yang kami lawan adalah tindakan dumping yang merugikan industri dalam negeri," ujar Edy dalam keterangan resminya,Rabu (3/7).
Asaki mendesak Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan untuk segera mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait BMAD ini, dengan harapan untuk mencegah lonjakan impor sebelum aturan ini resmi berlaku.
Langkah ini diharapkan dapat mengembalikan utilisasi produksi keramik nasional yang sempat turun menjadi 63% pada semester pertama 2024, dari 69% pada tahun sebelumnya.
"Segera diberlakukannya BMAD diharapkan dapat memulihkan industri keramik kita seperti masa kejayaan di tahun 2012-2014," tambah Edy.
Keputusan ini juga diharapkan akan membuka peluang bagi investasi baru dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor industri keramik.
Baca Juga: Asaki Apresiasi Upaya Pemerintah Membatasi Impor Keramik
Asaki juga menyoroti pentingnya kebijakan ini sesuai dengan aturan World Trade Organization (WTO), serta memberi kesempatan yang sama bagi produsen lokal untuk bersaing.
Di sisi lain, Asaki menekankan bahwa industri keramik nasional memiliki peran strategis dengan kapasitas produksi yang besar dan mampu menyerap lebih dari 150.000 tenaga kerja. Indonesia saat ini berada di posisi 5 besar dalam pasar keramik global.
"Industri keramik nasional yang mendukung Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 80% telah membuktikan kontribusinya bagi keberlangsungan ribuan usaha kecil dan menengah di sektor ini," tutup Edy.
Dengan penerapan BMAD ini, Asaki berharap dapat membangkitkan kembali industri keramik nasional menuju tingkat kejayaan yang lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News