Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) meminta pemerintah untuk memperpanjang kebijakan safeguard keramik yang akan berakhir pada Oktober 2021. Kebijakan yang sudah dilaksanakan selama tiga tahun ini belum mampu membendung importasi keramik ke Indonesia.
Sebagai informasi, kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.010/2018 tentang pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) Terhadap Impor Produk Ubin Keramik.
Ketua Umum Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Edy Suyanto mengatakan kinerja Industri keramik mulai menunjukkan tren perbaikan yang tercermin dari tingkat utilisasi saat ini berkisar di level 75%. Utilisasi yang ada saat ini lebih baik dibandingkan 2020 yang hanya mampu berada di angka 56%.
Baca Juga: Meski pendapatan turun, Krakatau Steel (KRAS) meraup laba di tahun lalu
Kendati sudah menunjukkan perbaikan, Edy mengungkapkan bahwa langkah pemulihan industri keramik masih penuh tantangan dan belum mampu sesuai harapan karena gangguan produk impor.
"Implementasi kebijakan safeguard yang diberlakukan selama 3 tahun ( 2018-2021) belum berdampak positif bagi kondisi industri keramik nasional, di mana data impor dari 2017 hingga 2020 masih menunjukkan angka impor tumbuh sebesar 6,2%," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (25/5).
Asaki melihat pemberlakuan safeguard dengan besaran BMTP 23%-21%-19% dapat diantisipasi China, India dan Vietnam melalui beberapa cara. Ketiga negara tersebut melakukan penurunan harga, penurunan ketebalan ubin keramik, pemberian tax rebate (insentif ekspor) serta devaluasi nilai mata uang.
Edy memaparkan menjelang berakhirnya kebijakan safeguard pada Oktober 2021 dengan menurunnya besaran BMTP ke angka 19%, tentu memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi produk Impor mengisi pasar domestik.
Baca Juga: Kemenperin dorong peluang kerja sama Indonesia dan Uzbekistan di industri pupuk
Hal ini dibuktikan dengan data impor keramik selama Januari hingga April 2021 meningkat tajam 24% dibanding periode yg sama di tahun 2020.
Edy menjelaskan spek keramik impor yang masuk ke Indonesia untuk segmen menengah ke atas. Namun, karena harganya lebih rendah hingga 25%-30% sehingga keberadaannya mulai menggerogoti pasar menengah ke bawah.