kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inaplas yakin new normal bisa bantu kerek utilisasi hilir kimia yang anjlok


Jumat, 29 Mei 2020 / 16:35 WIB
Inaplas yakin new normal bisa bantu kerek utilisasi hilir kimia yang anjlok
ILUSTRASI. Industri hulu kimia


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) percaya diri dengan penerapan kenormalan baru atau new normal bisa mempercepat revolusi industri 4.0 di industri hulu-hilir kimia.

Asal tahu saja, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah menggadang-gadang industri 4.0 di industri manufaktur, salah satunya kimia sejak 2018. 

Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono  menjelaskan saat ini otomasi pabrik di hulu sudah di atas 80% sisanya memang harus di manual kan seperti pergudangan karena hulu kimia dituntut menyerap tenaga kerja. 

"Sedangkan kalau di hilir, penerapan otomasi pabrik masih 50% atau fifty fifty sehingga dengan adanya new normal kemungkinan bisa mempercepat otomasi karena jumlah orang berkurang akibat pandemi virus corona," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5). 

Baca Juga: API: Kenormalan baru bisa mempercepat penerapan industri 4.0 pada industri TPT

Fajar bilang penerapan new normal bisa melecut revolusi industri 4.0 di hilir kimia. Namun menurutnya kalau penerapan 4.0 mau dijalankan, pabrik harus bisa memenuhi panduan new normal dahulu. Setelah itu baru bisa membenahi utilitasi yang sebelumnya turun. Asal tahu saja, industri hilir kimia utilisasinya sudah turun lebih dari 60% karena corona. 

Fajar menjelaskan saat ini sektor hilir kimia sedang berjibaku tetap mempertahankan keberlangsungan bisnis di tengah pandemi dengan cara mengisi celah pasar kosong di Asean yang menerapkan lockdown seperti Malaysia dan Thailand. 

"Jadi bagaimana kami bisa memanfaatkan momentumnya karena kemarin masih mengantongi izin operasional untuk produksi dan distribusi," jelas Fajar. 

Adapun untuk di sektor menengah kimia, Fajar bilang beberapa pabrikan sudah menerima kontrak ekspor sampai Juni. 

Lantas di hulu, utilisasi masih di kisaran 90%-95% sehingga mengejar ekspor kimia ke China, nanti menyusul ke India, Banglades, dan beberapa negara yang sudah melonggarkan kebijakan lockdown

Sepanjang Maret- April 2020 Fajar mengungkapkan hulu kimia  sudah mengekspor 30.000  ton sejumlah produk antara lain polyethylene, propylene kemudian di bulan Mei targetnya bisa ekspor 35.000 ton dan akan bertambah seterusnya. 

Baca Juga: Dibayangi pandemi corona, ekspor industri manufaktur naik 7,14% di Januari-April 2020

Dus, diharapkan industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia bisa tumbuh 2,5% di tahun ini jika pasar bisa lebih kondusif. Namun kalau skenarionya tidak sesuai harapan, pertumbuhannya bisa di kisaran 0,5% hingga 2,5% di sepanjang tahun ini. 

Fajar masih melihat ada harapan di beberapa industri yang banyak menyerap produk hulu kimia seperti sektor farmasi dan tekstil untuk membuat Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker dan hazmat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×