Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara yang tercermin dari Harga Batubara Acuan (HBA) pada Mei melanjutkan tren penurunan dari bulan sebelumnya, HBA Mei merosot 7.08% menjadi US$ 61,11 per ton sebagai imbas dari pandemi Corona (Covid-19).
Di tengah kondisi tersebut, PT Indika Energy Tbk (INDY) mengantisipasi penurunan harga batubara. Menurut Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando, pelemahan HBA di bulan Mei 2020 terutama disebabkan oleh melambatnya perekonomian global yang berdampak pada turunnya permintaan batubara.
Baca Juga: Mendapat angin dari pelemahan rupiah, investor bisa cermati saham-saham ini
Apalagi, ada kebijakan pembatasan wilayah atau lockdown di sejumlah negara tujuan ekspor batubara, seperti di China, India, Korea Selatan, dan Jepang. Seiring dengan dampak pendemi, termasuk pelemahan pertumbuhan ekonomi, INDY pun mengantisipasi tren pelemahan harga batubara pada periode Kuartal II dan hingga akhir tahun nanti.
"Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 2,97% di kuartal I/2020 membuat kita perlu waspada dan antisipatif akan tren yang sama bisa berlanjut ke kuartal-kuartal berikutnya di tahun ini," kata Ricky saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (7/5).
Ricky menjelaskan, pergerakan harga batubara termasuk yang tercermin dalam HBA akan berpengaruh terhadap kinerja INDY. Untuk mengantisipasi hal tersebut, INDY pun fokus melakukan efisiensi biaya, mengoptimalisasi penggunaan biaya modal, meningkatkan produktifitas operasional, dan mengembangkan proyek-proyek diversifikasi di sektor non-batubara.
Baca Juga: Musim Dividen Kala Pandemi Corona, Jangan Tergiur Yield Semata
"Setelah pandemi Covid-19 berakhir, kami optimis aktivitas ekonomi akan kembali normal dan harga batubara bisa membaik," ujar Ricky.
Adapun, di Kuartal I 2020, volume produksi dan penjualan batubara INDY berada di level 9 juta ton. Produksi dari anak usaha, Kideco, sebanyak 8,8 juta ton dengan volume penjualan yang sama. Sedangkan anak usaha lainnya, MUTU, memproduksi 500.000 ton dengan volume penjualan 300.000 ton. "Saat ini kami masih melakukan review untuk perubahan target penjualan, produksi dan belanja modal," tandas Ricky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News